Merasakan Gejala Covid

     


    Halo sobat blogger semua! Gimana kabar kalian hari ini? Semoga dalam keadaan baik ya😄

    Kali ini aku mau cerita sedikit tentang pengalamanku yang kurang mengenakkan. Kenapa aku bilang kurang mengenakkan? Karena aku benar-benar baru merasakan yang namanya sakit karena virus pandemi. Si kecil covid yang sangat berbahaya...

    Cerita ini dimulai pada hari Kamis, 8 Juli 2021 siang ketika aku selesai bersih-bersih rumah. Waktu itu cuaca kebetulan sangat dingin karena hujan deras. Awalnya aku kira alergi dinginku kambuh, jadi aku berusaha tuk berpikir positif saja. Saat itu memang kondisi tubuhku juga sedang tidak fit. Tentu saja karena aku merasa tidak punya waktu istirahat yang cukup. 

    Ditambah lagi kegiatan perkuliahan semester antara atau  semester 3 yang hampir selesai, tuntutan tugas dan ujian yang serentak, plus, aku juga harus merawat ibuku yang saat itu masih sakit dan terbaring lemah di tempat tidur. Rasanya lelah sekali memang, tapi mau bagaimana lagi...(Dari situ aku juga belajar, bersyukur menjadi seorang lelaki. Karena melakukan pekerjaan perempuan sangat tidak mudah dan sesederhana yang dilihat) ✌.

    Sekadar info, aku sudah terbiasa untuk tidak 'dikit-dikit minum obat'. Karena aku percaya tubuh kita punya sistem penyembuh sendiri. Jadi, aku biasakan tubuhku untuk tidak selalu bergantung pada obat-obatan kimia lagi. Nah, dari sore sampai malam, aku rasa tubuhku sudah membaik. Sayangnya, hal itu tidak berlangsung lama...., 

    Hari Jumat, 9 Juli 2021 sampai Sabtu, 10 Juli 2021, aku rasa virus ini sedang dalam masa inkubasi hingga gejala yang nyata muncul pada malam hari saat pukul 21.00 ke atas. Demam dan menggigil sudah mulai aku rasakan. Semakin lama rasanya semakin tidak nyaman. Awalnya aku berusaha untuk menahan rasa sakit yang ada, sampai aku rasa sudah tidak kuat lagi menahan rasa, aku putuskan untuk langsung meminum obat Sanmol 'paracetamol'. Puji Tuhan, demam dan menggigilku langsung hilang. Keringat juga mulai timbul di dahi dan leherku. Nah, anehnya ketika aku mulai bisa tidur dengan nyaman, rasa demam dan menggigil itu datang lagi. Asli.... benar-benar menjengkelkan😕.

    Aku berdoa dalam hati, "Ya Tuhan, jauhkanlah aku dari segala bentuk penyakit berbahaya apapun, bahkan virus corona sekalipun". Karena saat itu yang jadi kekhawatiranku bukan hanya soal tubuhku, tapi juga kesehatan keluargaku dan ibu serta adik-adiku. Saat itu rasanya aku sudah pasrah dan menyerah. 

    Di tengah rasa sakitku, aku mencoba berpikir jernih soal sumber dan asal muasal virus ini. Bagaimana bisa aku terpapar si mungil corona?Padahal aku sedikitpun tidak pernah abai pada protokol kesehatan. Sungguh...

    Ada beberapa kemungkinan kecil yang aku curigai saat itu. Tapi aku tidak bisa memastikannya. Balik lagi ke cerita utama, waktu itu saat rasa demam dan menggigil datang untuk yang kedua kalinya, aku berusaha tuk menahan rasa sakitnya sampai-sampai aku tertidur dan bangun pukul 06.00 pagi tepat di hari Minggu, 11 Juli 2021. Meskipun belum terlalu fit, aku tetap paksa tuk melakukan pekerjaan rumah seperti mencuci piring, menyapu, dan  mencuci pakaian. 

    Aku berusaha untuk mengalihkan perhatianku dari sakit ini. Menyibukan diri dengan melakukan aktivitas-aktivitas kecil, walaupun kebanyakan aktivitas aku habiskan di depan layar PC. Tanpa terasa, ternyata aku sudah kehilangan kemampuan membau dan merasa ku. Ya, selama sakit aku jarang sekali mandi, bahkan hampir tidak pernah...😊

    Mencium aroma bau badanku saja aku tidak bisa. Sambal yang aku buat juga sama sekali tidak terasa di lidah. Hanya rasa kebas dan pahit yang muncul di permukaan lidah. Hidung dan lidahku sudah mati rasanya. 

    Saat itu juga aku mulai memutuskan untuk melakukan isolasi mandiri di rumah. Aku tetap menggunakan maskerku di dalam maupun di luar rumah. (Di luar rumah, dalam artian menyapu halaman, menjemur pakaian) Makan dan minum menggunakan piring, sendok, dan gelas yang sama berulang-ulang. Selalu mencuci tangan sehabis membersihkan lendir di hidung. Aku benar-benar menjaga serta membatasi sekali aktivitasku.

    Sebenarnya aku sudah diberi saran oleh salah satu keluargaku, yang juga adalah seorang pharmacist, untuk segera melapor pada satgas covid 19. Tapi aku masih belum yakin dengan sakit yang aku alami ini. Tapi walaupun sudah mulai menunjukkan gejala-gejala covid, aku tetap menjaga interaksi ku dengan tetangga maupun orang-orang di sekitar rumahku. 

    Oya, akhir-akhir ini juga kita sedang memasuki musim buah atau musim pancaroba, jadi kita lebih mudah terserang beragam jenis penyakit. Ditambah lagi pandemi covid 19 yang belum berakhir. Aku mencoba untuk tidak stress dan berusaha tetap berpikir positif dan fokus pada hal-hal yang menyenangkan, tentu saja agar sistem imunku tidak memburuk. Puasa menonton berita yang setiap hari lebih banyak menyajikan kabar duka dan ketakutan soal pandemi. 

    Di Minggu malam tanggal  11 Juli 2021, demam dan menggigilku kambuh lagi. Lagi-lagi aku coba tuk mengonsumsi obat Sanmol 'Paracetamol'. Sayangnya keadaan tubuhku belum juga membaik. Keesokan harinya, Senin, 12 Juli 2021, di pagi hari aku kembali meminum obat Sanmol. Sambil kubarengi dengan konsumsi buah-buahan, madu, ramuan kombinasi jahe, kunyit, lemon, dan jamu-jamuan herbal yang aku beli secara online. Puji Tuhan, tubuhku mengalami perubahan yang signifikan. Keringat terus berkucuran dari tubuhku. Suhu tubuhku yang awalnya agak panas dan sedikit meriang berangsur-angsur menurun dan segar kembali. 

    Aku bersyukur sekali untuk kesempatan dan nikmat kesehatan yang Tuhan beri. Luar biasa berterima kasih. Walaupun masih sedikit lemas dan indra penciuman serta perasa yang belum juga muncul, aku merasa lebih baik dari sebelumnya. Nafsu makanku juga kian hari kian bertambah. 

    Terus terang saja, aku belum melakukan tes swab untuk menguji apakah aku benar-benar terpapar covid atau tidak. Meskipun aku sudah menunjukan beberapa gejala, seperti badan lemas, indra penciuman dan perasa yang seolah mati rasa atau hilang secara tiba-tiba, dan demam...

    Aku berpikir ketika aku melakukan tes swab, yang kemungkinan besar hasilnya positif, aku juga akan dianjurkan untuk langsung melakukan isolasi mandiri di rumah. Gejala yang aku alami juga tidak terlalu berat. Tidak ada sesak nafas, mual, nyeri dada, sakit kepala, mata merah, ataupun ruam pada kulit. Hanya sedikit batuk kering, yang seiring berjalannya waktu, hilang.

    Aku bersyukur ayah dan ibuku yang saat itu berada pada 1 lingkungan denganku tidak mengalami gejala dan benar-benar sehat. Bahkan kedua adiku. 

    Walaupun aku akui, sangat berat menjalani kehidupan di tengah pandemi ini, terlebih ketika kita benar-benar terpapar virus corona atau hanya sebatas menunjukan gejala. Tapi semuanya bisa aku lalui bersama Tuhan. 

    Aku benar-benar berterima kasih pada Tuhan Yesus, yang sudah terlalu baik buatku. Sampai hari ini pun, ketika tulisan ini aku selesaikan, tepat di Hari Senin, 2 Agustus 2021, keadaan diriku sudah benar-benar pulih dan membaik seperti biasanya, dan indera penciuman dan perasaku sudah kembali tajam seperti sediakala...😁

    Oya, sedikit cerita terakhir...

    Oma ku yang beberapa waktu sebelumnya sempat terpapar covid, hanya dalam waktu 10 hari sudah pulih. Walaupun saat itu, saturasi oksigen dalam tubuhnya sangat rendah, tapi aku bersyukur, Tuhan masih menjaga dan memberinya kekuatan, hingga sampai pada hari ini, aku, ibu, dan adiku berkunjung dan menetap di rumahnya selama beberapa hari...Tubuhnya benar-benar segar. 

    Namun, efek pasca covid pada tubuhnya masih terasa hingga sekarang, seperti tubuh yang tidak dapat melakukan pekerjaan berat lagi. Ketika dipaksa untuk melakukan pekerjaan berat, tubuhnya akan terasa lemas. 

    Ya, mungkin cukup sekian cerita yang dapat aku bagikan, semoga bermanfaat. Walaupun sekarang jadi agak parno dan benar-benar ngejalanin prokes ketat kemanapun aku pergi, tapi aku percaya, Tuhan selalu menyertai. Sehat terus teman-teman...

    Kita sama-sama berdoa ya teman-teman blogger, kiranya kita selalu diberikan kebaikan, kesehatan, rasa damai, ketenangan, dan dijauhkan dari segala bentuk penyakit, baik itu penyakit jasmani maupun penyakit rohani. Biarlah Tuhan yang menjadi satu-satunya harapan dan tumpuan kehidupan kita. 🙏

    Karena ada tertulis, "Berbahagialah Orang Yang Mengandalkan Tuhan"

0 comments:

Post a Comment