MPLS Hari Ketiga : Siswa Mengetahui Karakter Disiplin Lewat Media Kartu Aksi

     


    Hari ketiga dalam awal minggu tahun ajaran baru masih dipenuhi dengan serba-serbi kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Di SD Inpres Kawangu 2 sendiri, siswa-siswi kelas 1 masih dikenalkan dengan 4 karakter dasar Cerdas : Kebersihan, Kedisiplinan, Respek, dan Daya Juang.  

    Karakter Kebersihan sudah diajarkan melalui kegiatan operasi pungut sampah atau yang biasa dikenal sebagai operasi semut. Dari kegiatan ini siswa diberikan pemahaman untuk bisa menjaga kebersihan lingkungan sekolah. 

    Di hari ketiga dalam masa MPLS ini, siswa/i SD Inpres Kawangu 2 diberikan pengenalan tentang apa itu karakter 'Disiplin'. Sebagai siswa/i kelas 1 yang baru saja beralih dari Taman Kanak-Kanak, tentu pemahaman dasar tentang kedisiplinan perlu mereka ketahui dahulu. 

    Berangkat dari hal itu, aku bersama dengan tim MPLS sekolah melakukan pendekatan pada siswa/i kelas 1 dengan menggunakan media sederhana berupa 'Kartu Aksi' yang dibuat dari kalender dan gambar aksi yang menunjukan aksi disiplin dan aksi tidak disiplin. Siswa/i diminta mengamati kartu bergambar yang berjumlah 3 pasang. Setiap pasang kartu memuat aksi disiplin dan aksi tidak disiplin. Pasangan kartu pertama menampilkan gambar siswa yang datang terlambat dan siswa yang datang tepat waktu. Pasangan kartu kedua menampilkan gambar siswa yang mengenakan seragam yang rapi dan seragam yang tidak rapi. Pasangan kartu terakhir menampilkan gambar aksi positif disiplin membuang sampah pada tempat sampah dan aksi negatif tidak disiplin membuang sampah di sungai. 

    Dari pasangan kartu bergambar yang siswa/i amati, mereka dapat mengenal dan mengetahui bentuk konkret dari aksi disiplin dan contoh penerapan sikap disiplin dalam kehidupan sehari-hari.  Sesuai level  C1 kognitif pada sistem taksonomi bloom, siswa/i dapat mengetahui dan membedakan mana yang termasuk contoh karakter disiplin dan mana yang bukan termasuk contoh karakter disiplin. 

    Aku bersykur siswa/i masih sangat antusias dalam mengikuti MPLS hari ketiga ini. Harapanku, semoga  pendekatan ini bisa menjadi inspirasi untuk rekan-rekan guru di sekolah lain. 


Continue reading MPLS Hari Ketiga : Siswa Mengetahui Karakter Disiplin Lewat Media Kartu Aksi

MPLS Hari Kedua : Menanamkan Karakter Adiwiyata Untuk Siswa Baru Lewat Operasi Semut Yang Menunjang Core Value Cerdas Untuk Karakter Kebersihan

     


    Hari ini anak-anak tetap datang ke sekolah dengan antusias dan semangat yang masih sama. Fokus kegiatan sekolah masih pada PMB (Penerimaan Murid Baru) dan MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah). Khusus kegiatan MPLS di kelas 2 hingga kelas 6 dikoordinir oleh masing-masing wali kelas. Sementara MPLS di kelas 1 dijalankan oleh tim MPLS sekolah termasuk aku sendiri yang dilibatkan dalam kegiatan ini. 

    Di hari kedua MPLS ini aku bersama tim MPLS mengajarkan Core Value Cerdas yang fokus pada karakter dasar kebersihan pada siswa-siswi kelas 1. siswa/i baru diajarkan pembiasaan karakter cinta lingkungan atau karakter adiwiyata dengan melaksanakan operasi semut (gerakan memungut) sampah plastik dan pilih pilah sampah sesuai dengan jenisnya. Hal ini sebagai bentuk nyata pembinaan dan menananmkan karakter kebersihan serta cinta lingkungan untuk anak-anak.

    Siswa/i kelas 1 sangat senang dan aktif selama kegiatan. Setelah selesai memungut sampah plastik, mereka pun secara mandiri kami arahkan untuk membuang sampah tersebut ke dalam bak sampah besar berwarna kuning yang sesuai dengan kategori jenis sampah anorganik. Setelah itu, mereka kami arahkan untuk mencuci tangan secara bersih dan benar. 

    Dari kegiatan sederhana ini, bisa menjadi pembiasaan yang benar dan baik dalam mewujudkan karakter adiwiyata di level paling dasar dari SD. 

    Kegiatan MPLS hari kedua khusus bagi siswa/i kelas 1 kami tutup dengan games ice breaking 'Bergerak Sesuai Aba-Aba atau Berlawanan dengan Aba-Aba'. Seluruh siswa kelas 1 kami bagi menjadi 4 kelompok barisan dan sambil berbaris mereka memegang pundak teman satu sama lain. Ketika diberi aba-aba "Ikuti sesuai Kenyataan, Maju!" Harusnya mereka bergerak maju secara serentak. Lain halnya jika mereka diberi aba-aba "Ikuti secara Berlawanan, Mundur!" Berarti mereka harus bergerak maju ke depan , karena kata yang diucapkan guru adalah mundur. 

    Walaupun sempat terjadi kericuhan dan kegaduhan, namun anak-anak sangat menikmati permainan ini. 

    Demikian cerita singkat tentang keseruan kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah Bagi Kelas 1 di SD Inpres Kawangu 2 untuk Tahun Ajaran 2025/2026. Semoga para pembaca menyukai cerita menarik ini. 

Continue reading MPLS Hari Kedua : Menanamkan Karakter Adiwiyata Untuk Siswa Baru Lewat Operasi Semut Yang Menunjang Core Value Cerdas Untuk Karakter Kebersihan

"MPLS Siswa Baru di SD : Tantangan Menyapa Dunia Sekolah dengan Bahasa Yang Dimengerti Anak"

    


    Sinar matahari pagi mengantarkan semangat siswa-siswi SD Inpres Kawangu 2 di hari pertama masuk sekolah. Aku sangat senang bisa memulai minggu kerja di awal tahun ajaran baru ini dengan melihat antusias siswa-siswi kelas 1 yang baru. 

    Orang tua siswa baru berkerumun memantau anak-anak mereka dari kejauhan. Seragam baru dari atas rambut sampai ujung kaki melengkapi semangat anak-anak untuk belajar. Ada juga siswa yang masih harus didampingi orang tua ketika berkumpul di lapangan.

    Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) memang belum aktif dilaksanakan dikarenakan Bapa Ibu Guru yang masih fokus dalam kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) selama satu minggu ke depan. Ditambah lagi, masih ada beberapa orang tua / wali murid yang belum melengkapi formulir administrasi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Sehingga panitia PPDB perlu menyelesaikan administrasi tersebut.

    Ada satu hal yang menarik perhatianku hari ini. Ketika apel pagi dimulai, aku mendapati 2 siswi kelas 1 yang berbaris terpisah dari barisan utama. Ketika aku hampiri dan mengajak mereka bergabung dengan teman-temannya yang lain, tiba-tiba orang tua/wali murid yang berada di sebelah kedua siswi tersebut melarangku untuk membawa mereka bergabung ke barisan siswa kelas 1. "Tidak usah pak Guru, biar mereka disini saja, karena mereka belum terdaftar" ujar bapak tersebut. 

    Singkat cerita, baru kuketahui bahwasannya kedua siswi tersebut memang tidak bisa mendaftar di SDI Kawangu 2 karena usia mereka yang belum memenuhi syarat. Usia mereka sendiri masih tergolong dini yaitu 5,5 tahun. Sedangkan syarat untuk masuk SD adalah 5,9-7 tahun. Hal ini jelas melanggar aturan dan akan berpengaruh pada status peserta didik tersebut di Sistem Data Pokok Peserta Didik (Dapodik).

    Meskipun sudah dijelaskan oleh bapa ibu guru bahkan oleh kepala sekolah sendiri, orang tua/wali murid dari peserta didik ini masih belum terima dan tetap saja memaksa agar putrinya bisa masuk di SD Inpres Kawangu 2. 

    Sebenarnya solusi dari permasalahan ini sudah sempat disampaikan oleh pihak sekolah kepada orang tua/wali murid siswi tersebut, yaitu dengan menyertakan lampiran surat keterangan dari psikolog bahwa calon peserta didik tersebut memiliki kemampuan atau bakat di atas rata-rata dari anak-anak seusianya. Sehingga mereka bisa mendaftar dan masuk menjadi peserta didik baru. Namun karena orang tua/wali murid tidak menyanggupi, sekolah pun juga tidak bisa menyanggupi permintaannya. 

    Aku melihat kasus ini dari 2 sisi. Dari sisi orang tua/wali murid yang bersikeras berjuang untuk anak-anaknya agar bisa masuk sekolah impian dan dari sisi pihak sekolah yang bersikeras dan berintegritas pada aturan yang sudah ada dan berlaku serta telah disepakati bersama. Aku sendiri berharap ada jalan terbaik untuk kedua siswi ini.

    Kegiatan hari pertama masuk sekolah diawali dengan apel pagi seperti biasa dimana salah satu siswa diminta maju ke depan untuk memimpin apel pagi dan menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya, yang dilanjutkan dengan nyanyian yel-yel karakter untuk anak-anak SD. 

    Setelah apel pagi, setiap siswa secara berurutan berbaris dan menyalami bapa ibu guru yang ada di depan yang biasanya dimulai dari kelas 1 sampai 6. Hal ini adalah praktik baik yang sudah dilaksanakan sebelum aku bertugas. 

    Kali ini aku diberikan kesempatan dan diminta untuk membantu mendampingi kegiatan MPLS di kelas 1. Jujur ini pengalaman perdana bagiku, karena sebelumnya aku tidak terlalu terlibat aktif dalam kegiatan MPLS pada tahun kemarin. 

    Baru aku sadari, betapa beratnya mendampingi siswa/i kelas 1 SD yang baru masuk. Mengajarkan bagaimana sikap dan karakter baik yang harusnya dimiliki oleh siswa yang sudah menyandang status sebagai siswa SD itu sungguhlah tidak mudah. Tantangan utamanya adalah bagaimana kita men-deliver dan mengemas  pesan dan informasi supaya bisa diterima dan dipahami oleh bahasa anak-anak. 

    Perlu suara dan kesabaran yang tinggi untuk bisa menjangkau 40 lebih anak-anak dengan karakter dan sifat yang berbeda-beda. Ditambah lagi anak-anak yang cepat merasa bosan apabila kita terlalu banyak bicara secara monoton. 

    Disini guru dituntut untuk punya bank materi kreatif yang menyenangkan seperti lagu-lagu, yel-yel, dan permainan sederhana yang memancing emosi dan antusias anak-anak kelas 1. 

    Dalam kesempatan MPLS hari ini, aku bersyukur bisa memberikan sedikit info mengenai budaya pilah pilih sampah dan kebiasaan 3 R khususnya pembiasaan karakter baik dengan membawa tumbler atau botol minum pribadi dari rumah untuk mengurangi penggunaan plastik. 

    Anak-anak diawal mungkin bisa lupa, namun jika kita tanamkan terus menerus secara rutin, akan bisa dipraktikan secara sadar oleh mereka dan bisa membudaya. 

    Sampai jumpa di MPLS hari kedua besok. Terima kasih sudah berkenan membaca teman-teman.


Continue reading "MPLS Siswa Baru di SD : Tantangan Menyapa Dunia Sekolah dengan Bahasa Yang Dimengerti Anak"

 Satu Tahun Mengabdi, Selamanya Menginspirasi




    Salah satu quotes yang paling mengesankan dan kudapat ketika menyelesaikan satu tahun pengabdian sebagai Guru Muda Garda Depan (GMGD) Angkatan V adalah ‘Satu Tahun Mengabdi, Selamanya Menginspirasi’. Kutipan ini awalanya kukira hanya berlaku bagi kami GMGD yang sudah menyelesaikan tugas selama satu tahun ajaran 2024/2025. Ternyata diluar dugaanku, kutipan ini berlaku juga bagi Area Officer (AO) daerah Sumba Timur. ‘Mas Banu’ begitu sapaan akrab kami, yang merupakan pendamping GMGD. 

    Pengalaman luar biasa dan sungguh berharga ketika aku bisa mengenal dan belajar banyak dari Mas Banu selama masa penugasan. Belajar bagaimana bernegosiasi dengan banyak orang, belajar bagaimana kita harus berani mengambil keputusan di tengah situasi yang kurang mengenakkan, belajar untuk mengendalikan situasi dan kondisi ketika yang lain sedang berkecamuk, dan belajar untuk tetap tenang dan fokus pada solusinya bukan masalahnya. 

    Bagi kami GMGD Angkatan V dan aku pribadi, Mas Banu adalah sosok rekan kerja, atasan, dan kakak yang sangat mengayomi dan mendukung setiap aktivitas dan kegiatan yang dilakukan oleh GMGD. Beliau selalu memberi diri untuk menampung keluh kesah dan curhatan kami para adik-adiknya ini. Gaya komunikasi dan Teknik kepemimpinan beliau juga sangat patut diacungi jempol. Tak heran jika Mas Banu sangat disayangi dan dicintai oleh warga sekolah binaan Yayasan Astra di Sumba Timur. 

    Sayangnya pendampingan Mas Banu sebagai Area Officer Sumba Timur harus berakhir pada Tahun Ajaran 2025/2026 dikarenakan adanya rotasi AO di lingkungan kerja. Hal ini tentu sangat mengejutkan para kepala sekolah dan guru-guru. Pasalnya, kabar ini baru diketahui mendadak , saat penyerahan GMGD di Aula Kantor Bupati Sumba Timur. Semua kepala sekolah, beserta guru-guru tidak percaya dan sangat menyayangkan perpindahan tugas mas banu ini, begitupun kami GMGD Angkatan V khusunya yang melanjutkan penugasan di tahun ajaran baru ini. 

    Quotes cantik yang menjadi judul tulisan ini merupakan quotes yang diberikan Mas Banu pada spanduk penarikan GMGD Angkatan V yang seyogyanya ditujukan pada kami. Tapi pada kenyataan perjalanannya, ternyata quotes tersebut sangat menggambarkan sosok Mas Banu itu sendiri.  Harapan dan doa-doa terbaik mengiringi Langkah Mas Banu untuk melanjutkan karya pelayanannya di daerah Seram Bagian Barat. 

    Satu hal yang menjadi keyakinanku, semesta akan menggiring semua yang merindukan Mas Banu selama perjalanan kehidupan kedepan. Bertemu dengan Mas Banu dengan versi terbaik dirinya dan juga diri orang-orang yang mengasihinya. Tak terkecuali kami para GMGD Angkatan V, khususnya  aku Riko, Rani, dan Suzan. 

    Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk Kakak, rekan kerja, dan rekan sharing kami GMGD V selama berpelayanan di Sumba Timur.  Sampai jumpa di kesempatan baik lain ya Mas. 

    Demikian sedikit cerita dan kesan pesan baik yang bisa aku bagikan melalui blog ini. Semoga tulisan ini bisa dibaca dan dilihat banyak orang.

   Dan harapan besarnya adalah tulisan ini bisa selalu menjadi pengingat baik dan bisa diambil makna dan faedahnya bagi siapapun orang yang membacanya.

    






Continue reading

Wara Wiri ke Pantai Walakiri

 

    Sesuai judulnya, ini merupakan kali kesekian, aku wara-wiri atau bolak-balik mengunjungi pantai cantik yang ada di Sumba Timur ini. momen kali ini berbeda, karena aku pergi bersama dengan rekan-rekan Guru Muda Garda Depan Angkatan ke-6. Kami mengunjungi pantai ini untuk melepaskan rasa penat dan lelah selepas mengunjungi beberapa sekolah binaan Yayasan Astra di Kecamatan Pandawai. Momen kali ini juga aku manfaatkan untuk memperkenalkan salah satu objek wisata menarik yang ada di Sumba, kepada beberapa orang GMGD yang baru bertugas di Sumba. 

    Walaupun memang, patut diakui bahwa objek ikonik di Pantai Walakiri yaitu pohon bakau sudah tidak ada lagi. Walaupun demikian, kami masih bisa menikmati matahari terbenam sambil berduduk di salah satu perahu ikan milik warga setempat. 

    Kebetulan juga, ketika kami datang ke Pantai, kondisi airnya sedang surut jauh sekali ke arah tengah laut. Hal ini tentu membuat kami bisa berjalan ke arah laut untuk melihat kerang dan keong. 

    Pasir Pantai Walakiri juga sangat cantik dan indah. Pantai ini juga ditumbuhi banyak sekali pohon kelapa.

    Sungguh perjalanan bermakna dan indah bersama dengan  rekan-rekan GMGD di tahun kedua penugasan dan pengabdianku di tanah Humba. 

    Kami kembali ke rumah setelah puas menikmati keindahan langit senja di Pantai Walakiri dan beberapa rekan sudah kenyang menyantap air kelapa yang dijual oleh masyarakat setempat. 

    Sekian cerita singkat ini. Aku percaya awal kisah yang baik bisa berakhir dengan baik pula. 

    

 

    

    

Continue reading Wara Wiri ke Pantai Walakiri