Tas EIG3R Harga 40 ribu rasa baru, dari ayah ibuku...

         

  Bersyukur di tengah segala keterbatasan akses dan kesempatan , Tuhan masih memberiku banyak hal baik yang selalu menguatkanku dan mengajarkanku untuk mensyukuri hidupku. Aku pernah berpikir dan mempertanyakan hal bodoh, mengapa hidupku tidak semulus dan senyaman hidup teman-teman sebayaku? Yang bisa kapan saja membeli barang-barang sesuai keinginan dan kebutuhan mereka. Lain halnya dengan diriku yang untuk membeli barang baru yang menjadi kebutuhan saja kadang harus berpikir 1000 x dan perlu mempertaruhkan banyak hal. Ya, pikiran dan pertanyaan itu sangatlah bodoh. Setelah melewati banyak badai dan fase kehidupan, aku semakin mensyukuri diriku dan apa yang aku punya sekarang. Keluarga. Meski keadaan kami terbatas, tapi keluargaku selalu berani mendobrak batasan itu dan berdiri teguh mesti kadang perih. 

    Dewasa ini, aku menyadari betapa besar pengorbanan keluargaku . Mamak, Bapak, dan 2 adik-ku yang senantiasa mendukungku. Cinta mereka tak pernah putus untukku.

    Cinta dan perhatian dari hal-hal kecil misalnya. Baru-baru ini aku ingin sekali membeli tas merek 'Eiger' untuk mendukung aktivitas ku yang seringkali harus membawa banyak buku dan berkas-berkas ke sekolah. Pikirku tidak apa-apa jika harus merogoh kocek sedikit mahal untuk mendapatkan kualitas tas yang baik. Ketika liburan semester tiba dan aku berkesempatan untuk pulang ke rumah, aku sudah merencanakan hal ini. Tidak sabar untuk membeli tas baru. pikirku awalnya. 

    Ternyata ketika aku berdiskusi dengan 'mamak', sapaan ku pada ibu. Beliau menyarankanku untuk memperbaiki tas eiger adiku yang sudah lama tidak digunakan karena ritsletingnya yang sudah rusak. "Daripada kamu harus merogoh kocek kurang lebih 400 ribu untuk membeli tas eiger baru, lebih baik kamu perbaiki tas adikmu itu" ujar mamak padaku. Awalnya aku merasa berat hati, namun setelah aku cek kondisi tas tersebut, ternyata semuanya masih sangat bagus dan terlihat seperti baru. 

    Aku pun akhirnya mengiyakan saran dari mamak. Mamak menunjukkanku tempat tukang jahit yang biasa menjadi langganan kami. Setelah menunggu selama kurang lebih 1 jam, akhirnya risleting tas eiger adiku sudah kembali menjadi baru. Walaupun warna risleting yang baru berbeda dengan warna risleting tas asli, tapi 'look'nya masih seperti baru.

    Aku belajar bahwa barang apapun yang kita beli atau gunakan, harus kita sesuaikan dengan kebutuhan dan fungsi utama . Bukan soal gengsi tapi soal fungsi. 


Continue reading Tas EIG3R Harga 40 ribu rasa baru, dari ayah ibuku...

SUMBA: "Sentuhan Unik Musik dan Budaya Asli" melalui latihan Tari

     

    Sinar matahari pagi menyambut semangat kami bapa ibu guru dan siswa-siswi di SD Inpres Praikalokat dalam aktivitas belajar mengajar di akhir pekan . Akhir pekan di awal bulan merupakan masa-masa bahagia, apalagi ketika kantong masih tebal-tebalnya. 


    Hari ini (Sabtu, 2 Agustus 2025) merupakan kali pertama pelaksanaan latihan tari dan alat musik tradisional bagi 14 sekolah binaan Yayasan Astra di Kecamatan Pandawai, Sumba Timur. Bersyukur sekali, sekolah kami , SD Inpres Praikalokat bisa difasilitasi sedemikian rupa dengan mendatangkan narasumber  yang ahli di bidang ini langsung di masing-masing sekolah binaan. 
    Latihan tari kali ini menyasar siswa-siswi setiap sekolah yang diambil 10 siswa yang akan dilatih gerakan tari serta 10 siswa yang akan dilatih bagaimana memainkan alat musik tradisional Sumba Timur. 
    Setiap sekolah diperkenankan untuk mengajukan jam pelaksanaan sesuai kebutuhan dan situasi di lapangan. Untuk SD Inpres Praikalokat sendiri mengajukan jam latihan di pukul 10.00 WITA. 


    Latihan perdana khusus peserta didik ini merupakan kelanjutan dari pembinaan tari yang sebelumnya dilakukan untuk pembina ekstrakurikuler tari dari masing-masing sekolah binaan. 
    Siswa-siswi SD Inpres Praikalokat yang terdiri dari 10 siswi perempuan dan 10 siwa/i  lain sangat antusias dalam mengikuti sesi pelatihan. Kami menggunakan ruang kelas V dan VI sebagai tempat pelatihan. 
    Untuk latihan tari, secara keseluruhan sudah dapat diikuti dengan baik oleh para siswi yang terdiri dari kelas 3,4, dan 5. Apalagi beberapa diantaranya sudah memiliki basic atau dasar pengalaman yang cukup karena pernah mengikuti ajang FLS3N tahun 2025 kemarin. Hanya saja masih ada PR khusus untuk 2 sampai 3 siswi yang masih terbilang baru mengenal teknik gerakan tarian sumba ini.  Latihan tari ini juga masih fokus pada gerakan dasar hentakan kaki 'janjang dan jinjit'  dan ayunan tangan ketika kaki dihentakan sesuai irama lagu pop sumba berjudul 'Panda Lanja ngu', yang menjadi instrument penggiring gerakan tari. Lagu ini digunakan karena irama dan ketukannya yang tidak terlalu cepat dan pas digunakan untuk melatih para siswi di tingkat SD yang baru pertama kali belajar menari. 


    Tantangan utama ada pada latihan alat musik tradisional. Gong dan Tambur yang merupakan alat musik tradisional khas Sumba Timur ini bisa dibilang cukup tricky dalam memainkannya. Tidak sembarangan orang bisa memahami ketukan dan cara memukulnya yang benar. Oleh sebab itu, perlu latihan secara mendalam khusus untuk sesi alat musik tradisional.
    Meskipun demikian , semua siswa sangat menikmati proses latihan yang walau melelahkan namun sangat menyenangkan bagi mereka. Latihan berakhir pukul 12.00 WITA . Dengan panasnya terik matahari, kami pun beranjak meninggalkan sekolah. 
    Sekian cerita seru kegiatan hari ini. Semoga selalu menginspirasi dan menjadi catatan pengingat bagi memori. 
Continue reading SUMBA: "Sentuhan Unik Musik dan Budaya Asli" melalui latihan Tari

Budaya Bakar Sampah Yang Menjamur : Tantangan Untuk Mewujudkan Sekolah Yang Berwawasan dan Cinta Lingkungan di Sumba Timur

 


    'Sekolah Sadar Sampah' Merupakan Program Inisiasi dari Yayasan Astra-Yayasan Pendidikan Astra Michael D. Ruslim yang merupakan salah satu bentuk kampanye, edukasi, dan pendampingan kepada sekolah binaan YPA-MDR yang bertujuan untuk mengurangi dampak negatif sampah terhadap lingkungan serta meningkatkan kesadaran warga sekolah binaan akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dengan 3 langkah utama, yaitu : 1)Pengurangan sampah, 2) Pemilahan Sampah, 3)Pengelolaan Sampah.
    Program ini diluncurkan pertama kali pada Hari Kamis, 24 Juli 2025 lalu. Kegiatan diawali dengan webinar yang mengupas informasi tentang pengelolaan dan jenis-jenis sampah yang selama ini dikenal di lingkungan rumah dan sekolah. 
    Tentu saja, sekolah sangat menyambut baik adanya pendampingan terkait pengelolaan dan manajemen sampah sisa aktivitas di sekolah. Hal ini disebabkan masih minimnya kesadaran dan aksi nyata mengenai pengelolaan sampah yang dilakukan oleh warga sekolah mulai dari bapa ibu guru dan peserta didik sendiri.
    Di Sumba Timur pada umumnya, sekolah-sekolah di Kecamatan Pandawai masih terbiasa dengan budaya 'bakar sampah' baik itu sampah dedaunan maupun sampah plastik. Padahal jika hal ini ditanggapi secara serius, sampah-sampah yang ada bisa diolah lebih lanjut menjadi produk-produk ramah lingkungan atau bahkan produk yang bernilai ekonomis. 
    Foto diatas merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh siswa-siswi di SD Inpres Praikalokat setiap paginya sebelum apel pagi. Namun kali ini, secara khusus aku mengarahkan siswa-siswi untuk mengumpulkan sampah dedaunan didalam karung untuk ditampung selama 3 hari berturut-turut untuk kemudian ditimbang dan didata jumlah beratnya, sebagai bentuk asesmen awal dari program Sekolah Sadar Sampah.
    Aku yakin, program ini akan berjalan sukses di SDI Praikalokat dan SDI Kawangu 2. Amin paling serius... sekian cerita hari ini...
Tunggu cerita-cerita selanjutnya ya...


Continue reading Budaya Bakar Sampah Yang Menjamur : Tantangan Untuk Mewujudkan Sekolah Yang Berwawasan dan Cinta Lingkungan di Sumba Timur