
Zaman sekarang semua serba mahal, uang Rp 100.000 seperti tidak ada artinya. Uang mengalir bak air. Tak terasa langsung habis begitu saja. Harga barang dan pelayanan jasa saja sudah naik sampai ke langit. Seberapapun usaha kita untuk tidak memecahkan uang, ujung-ujungnya pasti terpecah juga. Dari warna merah ke ungu, sampai juga ke warna abu-abu. Dari 0 yang lima digit, berubah ke 0 yang tiga digit. Dunia rasanya memang semakin berat, tekanan dan tanggungan hidup yang banyak, membuat kita harus terus memutar otak. Banting tulang sana sini, untuk mencari sesuap nasi. Belum lagi keperluan yang belum pasti.
Kemampuan dan rejeki masing-masing orang itu berbeda-beda. Ada yang dari lahir sudah kaya, ada juga yang dari lahir harus sana sini meminta-minta. Hidup berkecukupan saja sudah syukur Alhamdulilah. Bukan golongan kaya, tapi golongan yang bersyukur hidup di rata-rata. Hidup apa adanya, bukan hidup untuk ada apanya. Ilmu dan Agama jadi modal utama, di tengah-tengah dunia yang semakin merajalela.
Ada yang bilang, 'Uang bukanlah segalanya, tapi segalanya butuh uang.' Sangat masuk akal. Namun, pada hakikatnya, tidak semua hal di dunia ini bisa diukur dengan uang. Kebahagiaan, kenyamanan, kesehatan, kerukunan, kedamaian, cinta, dan kasih sayang.
Uang memang penting, namun yang lebih penting adalah bagaimana kita mampu bertahan dan meposisikan diri ini sebaik mungkin. Kita butuh uang, tapi jangan sampai uang yang kita dapatkan menjadi pengontrol diri kita. Kitalah yang mengontrol uang, bukan uang yang mengontrol diri kita.
sekian...
0 comments:
Post a Comment