Tas EIG3R Harga 40 ribu rasa baru, dari ayah ibuku...

         

  Bersyukur di tengah segala keterbatasan akses dan kesempatan , Tuhan masih memberiku banyak hal baik yang selalu menguatkanku dan mengajarkanku untuk mensyukuri hidupku. Aku pernah berpikir dan mempertanyakan hal bodoh, mengapa hidupku tidak semulus dan senyaman hidup teman-teman sebayaku? Yang bisa kapan saja membeli barang-barang sesuai keinginan dan kebutuhan mereka. Lain halnya dengan diriku yang untuk membeli barang baru yang menjadi kebutuhan saja kadang harus berpikir 1000 x dan perlu mempertaruhkan banyak hal. Ya, pikiran dan pertanyaan itu sangatlah bodoh. Setelah melewati banyak badai dan fase kehidupan, aku semakin mensyukuri diriku dan apa yang aku punya sekarang. Keluarga. Meski keadaan kami terbatas, tapi keluargaku selalu berani mendobrak batasan itu dan berdiri teguh mesti kadang perih. 

    Dewasa ini, aku menyadari betapa besar pengorbanan keluargaku . Mamak, Bapak, dan 2 adik-ku yang senantiasa mendukungku. Cinta mereka tak pernah putus untukku.

    Cinta dan perhatian dari hal-hal kecil misalnya. Baru-baru ini aku ingin sekali membeli tas merek 'Eiger' untuk mendukung aktivitas ku yang seringkali harus membawa banyak buku dan berkas-berkas ke sekolah. Pikirku tidak apa-apa jika harus merogoh kocek sedikit mahal untuk mendapatkan kualitas tas yang baik. Ketika liburan semester tiba dan aku berkesempatan untuk pulang ke rumah, aku sudah merencanakan hal ini. Tidak sabar untuk membeli tas baru. pikirku awalnya. 

    Ternyata ketika aku berdiskusi dengan 'mamak', sapaan ku pada ibu. Beliau menyarankanku untuk memperbaiki tas eiger adiku yang sudah lama tidak digunakan karena ritsletingnya yang sudah rusak. "Daripada kamu harus merogoh kocek kurang lebih 400 ribu untuk membeli tas eiger baru, lebih baik kamu perbaiki tas adikmu itu" ujar mamak padaku. Awalnya aku merasa berat hati, namun setelah aku cek kondisi tas tersebut, ternyata semuanya masih sangat bagus dan terlihat seperti baru. 

    Aku pun akhirnya mengiyakan saran dari mamak. Mamak menunjukkanku tempat tukang jahit yang biasa menjadi langganan kami. Setelah menunggu selama kurang lebih 1 jam, akhirnya risleting tas eiger adiku sudah kembali menjadi baru. Walaupun warna risleting yang baru berbeda dengan warna risleting tas asli, tapi 'look'nya masih seperti baru.

    Aku belajar bahwa barang apapun yang kita beli atau gunakan, harus kita sesuaikan dengan kebutuhan dan fungsi utama . Bukan soal gengsi tapi soal fungsi. 


Continue reading Tas EIG3R Harga 40 ribu rasa baru, dari ayah ibuku...

SUMBA: "Sentuhan Unik Musik dan Budaya Asli" melalui latihan Tari

     

    Sinar matahari pagi menyambut semangat kami bapa ibu guru dan siswa-siswi di SD Inpres Praikalokat dalam aktivitas belajar mengajar di akhir pekan . Akhir pekan di awal bulan merupakan masa-masa bahagia, apalagi ketika kantong masih tebal-tebalnya. 


    Hari ini (Sabtu, 2 Agustus 2025) merupakan kali pertama pelaksanaan latihan tari dan alat musik tradisional bagi 14 sekolah binaan Yayasan Astra di Kecamatan Pandawai, Sumba Timur. Bersyukur sekali, sekolah kami , SD Inpres Praikalokat bisa difasilitasi sedemikian rupa dengan mendatangkan narasumber  yang ahli di bidang ini langsung di masing-masing sekolah binaan. 
    Latihan tari kali ini menyasar siswa-siswi setiap sekolah yang diambil 10 siswa yang akan dilatih gerakan tari serta 10 siswa yang akan dilatih bagaimana memainkan alat musik tradisional Sumba Timur. 
    Setiap sekolah diperkenankan untuk mengajukan jam pelaksanaan sesuai kebutuhan dan situasi di lapangan. Untuk SD Inpres Praikalokat sendiri mengajukan jam latihan di pukul 10.00 WITA. 


    Latihan perdana khusus peserta didik ini merupakan kelanjutan dari pembinaan tari yang sebelumnya dilakukan untuk pembina ekstrakurikuler tari dari masing-masing sekolah binaan. 
    Siswa-siswi SD Inpres Praikalokat yang terdiri dari 10 siswi perempuan dan 10 siwa/i  lain sangat antusias dalam mengikuti sesi pelatihan. Kami menggunakan ruang kelas V dan VI sebagai tempat pelatihan. 
    Untuk latihan tari, secara keseluruhan sudah dapat diikuti dengan baik oleh para siswi yang terdiri dari kelas 3,4, dan 5. Apalagi beberapa diantaranya sudah memiliki basic atau dasar pengalaman yang cukup karena pernah mengikuti ajang FLS3N tahun 2025 kemarin. Hanya saja masih ada PR khusus untuk 2 sampai 3 siswi yang masih terbilang baru mengenal teknik gerakan tarian sumba ini.  Latihan tari ini juga masih fokus pada gerakan dasar hentakan kaki 'janjang dan jinjit'  dan ayunan tangan ketika kaki dihentakan sesuai irama lagu pop sumba berjudul 'Panda Lanja ngu', yang menjadi instrument penggiring gerakan tari. Lagu ini digunakan karena irama dan ketukannya yang tidak terlalu cepat dan pas digunakan untuk melatih para siswi di tingkat SD yang baru pertama kali belajar menari. 


    Tantangan utama ada pada latihan alat musik tradisional. Gong dan Tambur yang merupakan alat musik tradisional khas Sumba Timur ini bisa dibilang cukup tricky dalam memainkannya. Tidak sembarangan orang bisa memahami ketukan dan cara memukulnya yang benar. Oleh sebab itu, perlu latihan secara mendalam khusus untuk sesi alat musik tradisional.
    Meskipun demikian , semua siswa sangat menikmati proses latihan yang walau melelahkan namun sangat menyenangkan bagi mereka. Latihan berakhir pukul 12.00 WITA . Dengan panasnya terik matahari, kami pun beranjak meninggalkan sekolah. 
    Sekian cerita seru kegiatan hari ini. Semoga selalu menginspirasi dan menjadi catatan pengingat bagi memori. 
Continue reading SUMBA: "Sentuhan Unik Musik dan Budaya Asli" melalui latihan Tari

Budaya Bakar Sampah Yang Menjamur : Tantangan Untuk Mewujudkan Sekolah Yang Berwawasan dan Cinta Lingkungan di Sumba Timur

 


    'Sekolah Sadar Sampah' Merupakan Program Inisiasi dari Yayasan Astra-Yayasan Pendidikan Astra Michael D. Ruslim yang merupakan salah satu bentuk kampanye, edukasi, dan pendampingan kepada sekolah binaan YPA-MDR yang bertujuan untuk mengurangi dampak negatif sampah terhadap lingkungan serta meningkatkan kesadaran warga sekolah binaan akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dengan 3 langkah utama, yaitu : 1)Pengurangan sampah, 2) Pemilahan Sampah, 3)Pengelolaan Sampah.
    Program ini diluncurkan pertama kali pada Hari Kamis, 24 Juli 2025 lalu. Kegiatan diawali dengan webinar yang mengupas informasi tentang pengelolaan dan jenis-jenis sampah yang selama ini dikenal di lingkungan rumah dan sekolah. 
    Tentu saja, sekolah sangat menyambut baik adanya pendampingan terkait pengelolaan dan manajemen sampah sisa aktivitas di sekolah. Hal ini disebabkan masih minimnya kesadaran dan aksi nyata mengenai pengelolaan sampah yang dilakukan oleh warga sekolah mulai dari bapa ibu guru dan peserta didik sendiri.
    Di Sumba Timur pada umumnya, sekolah-sekolah di Kecamatan Pandawai masih terbiasa dengan budaya 'bakar sampah' baik itu sampah dedaunan maupun sampah plastik. Padahal jika hal ini ditanggapi secara serius, sampah-sampah yang ada bisa diolah lebih lanjut menjadi produk-produk ramah lingkungan atau bahkan produk yang bernilai ekonomis. 
    Foto diatas merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh siswa-siswi di SD Inpres Praikalokat setiap paginya sebelum apel pagi. Namun kali ini, secara khusus aku mengarahkan siswa-siswi untuk mengumpulkan sampah dedaunan didalam karung untuk ditampung selama 3 hari berturut-turut untuk kemudian ditimbang dan didata jumlah beratnya, sebagai bentuk asesmen awal dari program Sekolah Sadar Sampah.
    Aku yakin, program ini akan berjalan sukses di SDI Praikalokat dan SDI Kawangu 2. Amin paling serius... sekian cerita hari ini...
Tunggu cerita-cerita selanjutnya ya...


Continue reading Budaya Bakar Sampah Yang Menjamur : Tantangan Untuk Mewujudkan Sekolah Yang Berwawasan dan Cinta Lingkungan di Sumba Timur

MPLS Hari Ketiga : Siswa Mengetahui Karakter Disiplin Lewat Media Kartu Aksi

     


    Hari ketiga dalam awal minggu tahun ajaran baru masih dipenuhi dengan serba-serbi kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Di SD Inpres Kawangu 2 sendiri, siswa-siswi kelas 1 masih dikenalkan dengan 4 karakter dasar Cerdas : Kebersihan, Kedisiplinan, Respek, dan Daya Juang.  

    Karakter Kebersihan sudah diajarkan melalui kegiatan operasi pungut sampah atau yang biasa dikenal sebagai operasi semut. Dari kegiatan ini siswa diberikan pemahaman untuk bisa menjaga kebersihan lingkungan sekolah. 

    Di hari ketiga dalam masa MPLS ini, siswa/i SD Inpres Kawangu 2 diberikan pengenalan tentang apa itu karakter 'Disiplin'. Sebagai siswa/i kelas 1 yang baru saja beralih dari Taman Kanak-Kanak, tentu pemahaman dasar tentang kedisiplinan perlu mereka ketahui dahulu. 

    Berangkat dari hal itu, aku bersama dengan tim MPLS sekolah melakukan pendekatan pada siswa/i kelas 1 dengan menggunakan media sederhana berupa 'Kartu Aksi' yang dibuat dari kalender dan gambar aksi yang menunjukan aksi disiplin dan aksi tidak disiplin. Siswa/i diminta mengamati kartu bergambar yang berjumlah 3 pasang. Setiap pasang kartu memuat aksi disiplin dan aksi tidak disiplin. Pasangan kartu pertama menampilkan gambar siswa yang datang terlambat dan siswa yang datang tepat waktu. Pasangan kartu kedua menampilkan gambar siswa yang mengenakan seragam yang rapi dan seragam yang tidak rapi. Pasangan kartu terakhir menampilkan gambar aksi positif disiplin membuang sampah pada tempat sampah dan aksi negatif tidak disiplin membuang sampah di sungai. 

    Dari pasangan kartu bergambar yang siswa/i amati, mereka dapat mengenal dan mengetahui bentuk konkret dari aksi disiplin dan contoh penerapan sikap disiplin dalam kehidupan sehari-hari.  Sesuai level  C1 kognitif pada sistem taksonomi bloom, siswa/i dapat mengetahui dan membedakan mana yang termasuk contoh karakter disiplin dan mana yang bukan termasuk contoh karakter disiplin. 

    Aku bersykur siswa/i masih sangat antusias dalam mengikuti MPLS hari ketiga ini. Harapanku, semoga  pendekatan ini bisa menjadi inspirasi untuk rekan-rekan guru di sekolah lain. 


Continue reading MPLS Hari Ketiga : Siswa Mengetahui Karakter Disiplin Lewat Media Kartu Aksi

MPLS Hari Kedua : Menanamkan Karakter Adiwiyata Untuk Siswa Baru Lewat Operasi Semut Yang Menunjang Core Value Cerdas Untuk Karakter Kebersihan

     


    Hari ini anak-anak tetap datang ke sekolah dengan antusias dan semangat yang masih sama. Fokus kegiatan sekolah masih pada PMB (Penerimaan Murid Baru) dan MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah). Khusus kegiatan MPLS di kelas 2 hingga kelas 6 dikoordinir oleh masing-masing wali kelas. Sementara MPLS di kelas 1 dijalankan oleh tim MPLS sekolah termasuk aku sendiri yang dilibatkan dalam kegiatan ini. 

    Di hari kedua MPLS ini aku bersama tim MPLS mengajarkan Core Value Cerdas yang fokus pada karakter dasar kebersihan pada siswa-siswi kelas 1. siswa/i baru diajarkan pembiasaan karakter cinta lingkungan atau karakter adiwiyata dengan melaksanakan operasi semut (gerakan memungut) sampah plastik dan pilih pilah sampah sesuai dengan jenisnya. Hal ini sebagai bentuk nyata pembinaan dan menananmkan karakter kebersihan serta cinta lingkungan untuk anak-anak.

    Siswa/i kelas 1 sangat senang dan aktif selama kegiatan. Setelah selesai memungut sampah plastik, mereka pun secara mandiri kami arahkan untuk membuang sampah tersebut ke dalam bak sampah besar berwarna kuning yang sesuai dengan kategori jenis sampah anorganik. Setelah itu, mereka kami arahkan untuk mencuci tangan secara bersih dan benar. 

    Dari kegiatan sederhana ini, bisa menjadi pembiasaan yang benar dan baik dalam mewujudkan karakter adiwiyata di level paling dasar dari SD. 

    Kegiatan MPLS hari kedua khusus bagi siswa/i kelas 1 kami tutup dengan games ice breaking 'Bergerak Sesuai Aba-Aba atau Berlawanan dengan Aba-Aba'. Seluruh siswa kelas 1 kami bagi menjadi 4 kelompok barisan dan sambil berbaris mereka memegang pundak teman satu sama lain. Ketika diberi aba-aba "Ikuti sesuai Kenyataan, Maju!" Harusnya mereka bergerak maju secara serentak. Lain halnya jika mereka diberi aba-aba "Ikuti secara Berlawanan, Mundur!" Berarti mereka harus bergerak maju ke depan , karena kata yang diucapkan guru adalah mundur. 

    Walaupun sempat terjadi kericuhan dan kegaduhan, namun anak-anak sangat menikmati permainan ini. 

    Demikian cerita singkat tentang keseruan kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah Bagi Kelas 1 di SD Inpres Kawangu 2 untuk Tahun Ajaran 2025/2026. Semoga para pembaca menyukai cerita menarik ini. 

Continue reading MPLS Hari Kedua : Menanamkan Karakter Adiwiyata Untuk Siswa Baru Lewat Operasi Semut Yang Menunjang Core Value Cerdas Untuk Karakter Kebersihan

"MPLS Siswa Baru di SD : Tantangan Menyapa Dunia Sekolah dengan Bahasa Yang Dimengerti Anak"

    


    Sinar matahari pagi mengantarkan semangat siswa-siswi SD Inpres Kawangu 2 di hari pertama masuk sekolah. Aku sangat senang bisa memulai minggu kerja di awal tahun ajaran baru ini dengan melihat antusias siswa-siswi kelas 1 yang baru. 

    Orang tua siswa baru berkerumun memantau anak-anak mereka dari kejauhan. Seragam baru dari atas rambut sampai ujung kaki melengkapi semangat anak-anak untuk belajar. Ada juga siswa yang masih harus didampingi orang tua ketika berkumpul di lapangan.

    Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) memang belum aktif dilaksanakan dikarenakan Bapa Ibu Guru yang masih fokus dalam kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) selama satu minggu ke depan. Ditambah lagi, masih ada beberapa orang tua / wali murid yang belum melengkapi formulir administrasi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Sehingga panitia PPDB perlu menyelesaikan administrasi tersebut.

    Ada satu hal yang menarik perhatianku hari ini. Ketika apel pagi dimulai, aku mendapati 2 siswi kelas 1 yang berbaris terpisah dari barisan utama. Ketika aku hampiri dan mengajak mereka bergabung dengan teman-temannya yang lain, tiba-tiba orang tua/wali murid yang berada di sebelah kedua siswi tersebut melarangku untuk membawa mereka bergabung ke barisan siswa kelas 1. "Tidak usah pak Guru, biar mereka disini saja, karena mereka belum terdaftar" ujar bapak tersebut. 

    Singkat cerita, baru kuketahui bahwasannya kedua siswi tersebut memang tidak bisa mendaftar di SDI Kawangu 2 karena usia mereka yang belum memenuhi syarat. Usia mereka sendiri masih tergolong dini yaitu 5,5 tahun. Sedangkan syarat untuk masuk SD adalah 5,9-7 tahun. Hal ini jelas melanggar aturan dan akan berpengaruh pada status peserta didik tersebut di Sistem Data Pokok Peserta Didik (Dapodik).

    Meskipun sudah dijelaskan oleh bapa ibu guru bahkan oleh kepala sekolah sendiri, orang tua/wali murid dari peserta didik ini masih belum terima dan tetap saja memaksa agar putrinya bisa masuk di SD Inpres Kawangu 2. 

    Sebenarnya solusi dari permasalahan ini sudah sempat disampaikan oleh pihak sekolah kepada orang tua/wali murid siswi tersebut, yaitu dengan menyertakan lampiran surat keterangan dari psikolog bahwa calon peserta didik tersebut memiliki kemampuan atau bakat di atas rata-rata dari anak-anak seusianya. Sehingga mereka bisa mendaftar dan masuk menjadi peserta didik baru. Namun karena orang tua/wali murid tidak menyanggupi, sekolah pun juga tidak bisa menyanggupi permintaannya. 

    Aku melihat kasus ini dari 2 sisi. Dari sisi orang tua/wali murid yang bersikeras berjuang untuk anak-anaknya agar bisa masuk sekolah impian dan dari sisi pihak sekolah yang bersikeras dan berintegritas pada aturan yang sudah ada dan berlaku serta telah disepakati bersama. Aku sendiri berharap ada jalan terbaik untuk kedua siswi ini.

    Kegiatan hari pertama masuk sekolah diawali dengan apel pagi seperti biasa dimana salah satu siswa diminta maju ke depan untuk memimpin apel pagi dan menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya, yang dilanjutkan dengan nyanyian yel-yel karakter untuk anak-anak SD. 

    Setelah apel pagi, setiap siswa secara berurutan berbaris dan menyalami bapa ibu guru yang ada di depan yang biasanya dimulai dari kelas 1 sampai 6. Hal ini adalah praktik baik yang sudah dilaksanakan sebelum aku bertugas. 

    Kali ini aku diberikan kesempatan dan diminta untuk membantu mendampingi kegiatan MPLS di kelas 1. Jujur ini pengalaman perdana bagiku, karena sebelumnya aku tidak terlalu terlibat aktif dalam kegiatan MPLS pada tahun kemarin. 

    Baru aku sadari, betapa beratnya mendampingi siswa/i kelas 1 SD yang baru masuk. Mengajarkan bagaimana sikap dan karakter baik yang harusnya dimiliki oleh siswa yang sudah menyandang status sebagai siswa SD itu sungguhlah tidak mudah. Tantangan utamanya adalah bagaimana kita men-deliver dan mengemas  pesan dan informasi supaya bisa diterima dan dipahami oleh bahasa anak-anak. 

    Perlu suara dan kesabaran yang tinggi untuk bisa menjangkau 40 lebih anak-anak dengan karakter dan sifat yang berbeda-beda. Ditambah lagi anak-anak yang cepat merasa bosan apabila kita terlalu banyak bicara secara monoton. 

    Disini guru dituntut untuk punya bank materi kreatif yang menyenangkan seperti lagu-lagu, yel-yel, dan permainan sederhana yang memancing emosi dan antusias anak-anak kelas 1. 

    Dalam kesempatan MPLS hari ini, aku bersyukur bisa memberikan sedikit info mengenai budaya pilah pilih sampah dan kebiasaan 3 R khususnya pembiasaan karakter baik dengan membawa tumbler atau botol minum pribadi dari rumah untuk mengurangi penggunaan plastik. 

    Anak-anak diawal mungkin bisa lupa, namun jika kita tanamkan terus menerus secara rutin, akan bisa dipraktikan secara sadar oleh mereka dan bisa membudaya. 

    Sampai jumpa di MPLS hari kedua besok. Terima kasih sudah berkenan membaca teman-teman.


Continue reading "MPLS Siswa Baru di SD : Tantangan Menyapa Dunia Sekolah dengan Bahasa Yang Dimengerti Anak"

 Satu Tahun Mengabdi, Selamanya Menginspirasi




    Salah satu quotes yang paling mengesankan dan kudapat ketika menyelesaikan satu tahun pengabdian sebagai Guru Muda Garda Depan (GMGD) Angkatan V adalah ‘Satu Tahun Mengabdi, Selamanya Menginspirasi’. Kutipan ini awalanya kukira hanya berlaku bagi kami GMGD yang sudah menyelesaikan tugas selama satu tahun ajaran 2024/2025. Ternyata diluar dugaanku, kutipan ini berlaku juga bagi Area Officer (AO) daerah Sumba Timur. ‘Mas Banu’ begitu sapaan akrab kami, yang merupakan pendamping GMGD. 

    Pengalaman luar biasa dan sungguh berharga ketika aku bisa mengenal dan belajar banyak dari Mas Banu selama masa penugasan. Belajar bagaimana bernegosiasi dengan banyak orang, belajar bagaimana kita harus berani mengambil keputusan di tengah situasi yang kurang mengenakkan, belajar untuk mengendalikan situasi dan kondisi ketika yang lain sedang berkecamuk, dan belajar untuk tetap tenang dan fokus pada solusinya bukan masalahnya. 

    Bagi kami GMGD Angkatan V dan aku pribadi, Mas Banu adalah sosok rekan kerja, atasan, dan kakak yang sangat mengayomi dan mendukung setiap aktivitas dan kegiatan yang dilakukan oleh GMGD. Beliau selalu memberi diri untuk menampung keluh kesah dan curhatan kami para adik-adiknya ini. Gaya komunikasi dan Teknik kepemimpinan beliau juga sangat patut diacungi jempol. Tak heran jika Mas Banu sangat disayangi dan dicintai oleh warga sekolah binaan Yayasan Astra di Sumba Timur. 

    Sayangnya pendampingan Mas Banu sebagai Area Officer Sumba Timur harus berakhir pada Tahun Ajaran 2025/2026 dikarenakan adanya rotasi AO di lingkungan kerja. Hal ini tentu sangat mengejutkan para kepala sekolah dan guru-guru. Pasalnya, kabar ini baru diketahui mendadak , saat penyerahan GMGD di Aula Kantor Bupati Sumba Timur. Semua kepala sekolah, beserta guru-guru tidak percaya dan sangat menyayangkan perpindahan tugas mas banu ini, begitupun kami GMGD Angkatan V khusunya yang melanjutkan penugasan di tahun ajaran baru ini. 

    Quotes cantik yang menjadi judul tulisan ini merupakan quotes yang diberikan Mas Banu pada spanduk penarikan GMGD Angkatan V yang seyogyanya ditujukan pada kami. Tapi pada kenyataan perjalanannya, ternyata quotes tersebut sangat menggambarkan sosok Mas Banu itu sendiri.  Harapan dan doa-doa terbaik mengiringi Langkah Mas Banu untuk melanjutkan karya pelayanannya di daerah Seram Bagian Barat. 

    Satu hal yang menjadi keyakinanku, semesta akan menggiring semua yang merindukan Mas Banu selama perjalanan kehidupan kedepan. Bertemu dengan Mas Banu dengan versi terbaik dirinya dan juga diri orang-orang yang mengasihinya. Tak terkecuali kami para GMGD Angkatan V, khususnya  aku Riko, Rani, dan Suzan. 

    Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk Kakak, rekan kerja, dan rekan sharing kami GMGD V selama berpelayanan di Sumba Timur.  Sampai jumpa di kesempatan baik lain ya Mas. 

    Demikian sedikit cerita dan kesan pesan baik yang bisa aku bagikan melalui blog ini. Semoga tulisan ini bisa dibaca dan dilihat banyak orang.

   Dan harapan besarnya adalah tulisan ini bisa selalu menjadi pengingat baik dan bisa diambil makna dan faedahnya bagi siapapun orang yang membacanya.

    






Continue reading

Wara Wiri ke Pantai Walakiri

 

    Sesuai judulnya, ini merupakan kali kesekian, aku wara-wiri atau bolak-balik mengunjungi pantai cantik yang ada di Sumba Timur ini. momen kali ini berbeda, karena aku pergi bersama dengan rekan-rekan Guru Muda Garda Depan Angkatan ke-6. Kami mengunjungi pantai ini untuk melepaskan rasa penat dan lelah selepas mengunjungi beberapa sekolah binaan Yayasan Astra di Kecamatan Pandawai. Momen kali ini juga aku manfaatkan untuk memperkenalkan salah satu objek wisata menarik yang ada di Sumba, kepada beberapa orang GMGD yang baru bertugas di Sumba. 

    Walaupun memang, patut diakui bahwa objek ikonik di Pantai Walakiri yaitu pohon bakau sudah tidak ada lagi. Walaupun demikian, kami masih bisa menikmati matahari terbenam sambil berduduk di salah satu perahu ikan milik warga setempat. 

    Kebetulan juga, ketika kami datang ke Pantai, kondisi airnya sedang surut jauh sekali ke arah tengah laut. Hal ini tentu membuat kami bisa berjalan ke arah laut untuk melihat kerang dan keong. 

    Pasir Pantai Walakiri juga sangat cantik dan indah. Pantai ini juga ditumbuhi banyak sekali pohon kelapa.

    Sungguh perjalanan bermakna dan indah bersama dengan  rekan-rekan GMGD di tahun kedua penugasan dan pengabdianku di tanah Humba. 

    Kami kembali ke rumah setelah puas menikmati keindahan langit senja di Pantai Walakiri dan beberapa rekan sudah kenyang menyantap air kelapa yang dijual oleh masyarakat setempat. 

    Sekian cerita singkat ini. Aku percaya awal kisah yang baik bisa berakhir dengan baik pula. 

    

 

    

    

Continue reading Wara Wiri ke Pantai Walakiri

Bertanya Karena Murni Ingin Tahu atau Karena Ingin Membuktikan Eksistensi Dirimu?

 


        Dalam beberapa kegiatan atau acara formal seperti seminar, sarasehan, workshop, dan diklat biasanya akan ada sesi khusus yang diberikan kepada peserta untuk melontarkan pertanyaan kepada narasumber. Tujuan utamanya agar narasumber dapat mengetahui umpan balik dari peserta dan memberikan tanda bahwa inti kegiatan tersebut berjalan dengan baik yaitu materi yang disampaikan bisa diterima dan dipahami oleh seluruh peserta kegiatan. 

    Menurut sumber yang saya dapat di internet dengan bantuan google AI, kegiatan bertanya dapat diartikan sebagai sebuah tindakan untuk meminta informasi atau jawaban dari orang lain melalui ucapan verbal yang merupakan stimulus efektif untuk mendorong kemampuan berpikir.  

    Jika dipahami secara mendalam, bertanya sendiri bisa didefinisikan sebagai sebuah tindakan sadar dan terencana dari seorang individu untuk mengutarakan rasa ingin tahunya tentang suatu hal agar dapat dijawab oleh individu yang dianggap kompeten. Hal ini sangat jelas, jika kita melihat dari sisi pengertian katanya, yaitu kegiatan bertanya dilakukan murni karena rasa ingin tahu dari seseorang. 

    Sekarang pertanyaannya adalah, bagaimana bila seseorang yang melakukan tindakan bertanya atau mengajukan pertanyaan di sebuah forum resmi sebenarnya sudah mengetahui jawaban dari pertanyaan yang ia lontarkan. Ia melakukannya hanya untuk ajang pembuktian eksistensi diri dan bahkan menguji atau memverifikasi dan membandingkan jawaban yang ada di kepalanya dengan jawaban dari narasumber. Apakah menurut teman-teman, itu merupakan tindakan yang kurang tepat?

    Bahasan ini yang menjadi pergumulan saya ketika berkuliah secara daring (online) dulu. Ketika dosen sudah selesai  menjelaskan materinya, saya dan teman-teman  diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. Sayangnya, kebanyakan dari kami hanya diam membisu, sehingga dosen menganggap kami sudah paham dan seketika itu juga dosenpun melontarkan pertanyaan pemantik yang harus kami jawab. Dari situ, dosen bisa melihat sebenarnya kami belajar atau tidak.  

    Hal ini sering terjadi setiap pertemuan di kelas online. Itulah yang mendorong saya untuk mencoba berusaha mencari-cari pertanyaan agar bisa menjadi bahan diskusi di kelas , supaya terhindar dari pertanyaan mematikan dosen dan juga agar bisa dinotice oleh dosen yang bersangkutan.

    Saya sadar, hal ini bukan sepenuhnya benar, namun bukan juga sepenuhnya salah. Yang menjadi koreksi pemahaman saya adalah, pertanyaan yang timbul murni karena rasa ingin tahu itu didapat bukan karena ingin unjuk gigi atau membuktikan eksistensi diri, tapi didapat karena kita sudah banyak membaca dan menyerap serta memahami informasi. Sehingga, walaupun kita sudah paham, kita bisa memverifikasi pemahaman kita kepada dosen dan juga memastikan apa yang kita pahami itu sudah benar. Karena ketika kita belajar lebih banyak, dan menemui kesulitan, kita bisa langsung menggunakan sesi tanya jawab di kelas untuk bertanya kepada dosen tersebut, bukan berusaha untuk mencari konteks pertanyaan yang sesuai dengan topik yang dibahas di kelas. 

    Sekian tulisan singkat saya, kiranya bisa menjadi wadah diskusi para pembaca di kolom komentar ya.

Continue reading Bertanya Karena Murni Ingin Tahu atau Karena Ingin Membuktikan Eksistensi Dirimu?

Slow Living Bahagia di Salatiga

 


    Istilah 'Slow Living' biasa dikaitkan dengan gaya hidup seseorang yang santai, sederhana, dan apa adanya. Istilah ini sendiri awalnya sempat booming sekitar tahun 2023 pertengahan. Banyak juga konten kreator yang membagikan pengalaman mereka melaui media sosial tentang bagaiamana menjalankan gaya hidup 'Slow Living' di kota-kota tertentu. 

    Nah, berangkat dari fenomena itulah aku jadi tercetus untuk membagikan beberapa pengalaman hidup 'slow living' ku selama menjadi mahasiswa di Kota yang terletak di Lereng Gunung Merbabu, yaitu kota Salatiga. 

    Salatiga sendiri memiliki banyak keistimewaan, selain dari hawa kotanya yang cukup dingin dan sejuk, kota ini juga memiliki letak yang sangat strategis, yaitu terletak di daerah segitiga emas (Jogja, Solo, Semarang) atau dikenal sebagai JogLoSemar. 

    Harga kost-kostan di Salatiga juga relatif terjangkau. Di zamanku ketika mulai awal perkuliahan tatap muka, aku juga beruntung mendapatkan harga kost-kostan yang terbilang sangat murah, yaitu hanya Rp 500.000,00 sudah lengkap dengan fasilitas Wifi, air, listrik, kamar mandi luar, kasur, lemari, meja, dan karpet, serta tempat menjemur pakaian yang terbuka dan terpapar sinar matahari pagi. 

    Untuk makananan enak, murah, dan kenyang juga sudah bisa kita dapatkan mulai dari harga Rp5.000,00 hingga harga Rp15.000,00 tergantung lauk yang dipilih. Jadi soal urusan pangan, jangan khawatir. Jika malas memasak di kost-kostan, kita bisa membeli makanan siap saji. Dulu, ketika awal-awal nge-kost, aku memasak nasi sendiri di kost, kemudian tinggal  membeli lauk pauk di kedai yang dekat dengan kost tempat tinggalku. 

    Salah satu makanan murah meriah yang sering aku beli ada di gambar headline tulisan ini. Nasi Pecel yang sangat murah dengan harga se-porsinya hanya Rp 5.000,00 yang sangat mengenyangkan. Selain itu, ada juga nasi goreng murah kemiri candi yang dibandrol dengan harga Rp 8.000,00 per porsinya untuk satu pirinng full bahkan lebih dari nasi goreng ayam tanpa telur. 

    Banyak sekali hal-hal menarik yang bisa ditemui di kota Salatiga, apalagi ketika kita mau memulai hidup 'Slow living'

Ya, sekian tulisan mengenai gaya hidup 'Slow Living' ini. Biarlah kita bisa merasakannya suatu saaat nanti, dimanapun kita berada. 


]


Continue reading Slow Living Bahagia di Salatiga

Bulan Ketiga di Taman Baca Bahagia

 

    Halo sobat blogger, puji Tuhan, tidak terasa kita sudah masuk di Bulan ketiga di tahun 2025. Tepat di hari ini,Sabtu, 1 Maret 2025, aku kembali mengajar kelas Bahasa Inggris di Taman Baca Kairos Mau Hau Sumba Timur. Momen penyemangat untuk mengawali bulan baru di tahun yang terbilang masih baru. 

    Kelas taman baca dimulai sedikit molor, dikarenakan aku yang terlambat bangun dari lelapnya tidur siang. Taman Baca Kairos sendiri dibuka setiap Hari Sabtu Pukul 16.00 WITA. 

    Aku tiba di Taman Baca sekitar pukul 16.30 waktu setempat. Betapa terkejutnya aku, ternyata hari ini , jumlah anak-anak yang datang sangat banyak. Dari kelas besar sampai kelas kecil semuanya memadati tempat duduk. 

    Kelas diawali dengan doa yang dipimpin oleh salah satu anak. Setelah itu, Kak Ori (Pendiri sekaligus pengurus taman baca) mengarahkan anak-anak kelas kecil untuk belajar di dalam rumah, sedangkan anak-anak kelas besar tetap berada di teras rumah bersama denganku. Sebelum masuk ke materi pelajaran, aku membahas sedikit tugas yang aku berikan pada pertemuan sebelumnya. Anak-anak sangat antusias ketika aku tanya "Siapa yang sudah mengerjakan PR minggu kemarin?"  "Saya kak!", "Saya belum kak!" dan respon-respon lain yang menggelitikan. 

    Setelah membahas tugas, kami masuk ke materi baru tentang pengenalan nama hewan dan buah dalam bahasa inggris. Selain aspek 'Writing', aku juga melatih kemampuan 'Listening' dan 'Reading' mereka. Pembelajaran berlangsung cukup kondusif dan menyenangkan. 

    Suaraku juga sedikit perlu ditinggikan, karena anak-anak yang sangat antusias dalam merespon pertanyaan-pertanyaanku. 

    Di akhir kelas, seperti biasa aku memberi kuis 'siapa cepat jawab dia dapat' untuk anak-anak, agar melihat sejauh mana pemahaman mereka tentang materi yang aku berikan. 

Kelas berakhir pada pukul 17.30 , dan seperti biasa anak-anak mengantre untuk mendapatkan kue dan air minum untuk mereka nikmati. 

    Sekian cerita bahagiaku hari ini. Aku harap teman-teman pembaca ikut merasakan kebahagiaan yang aku rasakan. Tuhan memberkati...

Video Kemeriahan Taman Baca Hari Ini


Continue reading Bulan Ketiga di Taman Baca Bahagia