Day 3

   Helow gays... Hari ini riko akan sharing tentang kehidupan persaudaraan, lebih spesifik dalam hubungan darah atau kekeluargaan. Ndak tau ya, apa kalian pernah ngalami ini atau ndak, tapi mungkin sebagian besar orang pada umumnya pernah mengalaminya. Salah satunya adalah riko sendiri. Ya, memang aku lahir sebagai anak pertama, dengan dua adik laki-laki yang punya karakter nya sendiri. Adik pertama cuma berselisih 4 tahun denganku, sedangkan dengan adik kedua selisih umurku cukup jauh, yaitu 13 tahun.
   Mereka ini punya karakteristik nya masing-masing, tapi pada dasarnya mereka punya sifat yang sama persis. Yah, begitulah, mungkin karena wajah mereka yang memang hampir mirip, dengan jidat jenong, dan bibir tipis.
   "Perbandingan" dalam keluargaku cukup terlihat. Tapi buat kasusku, bukan aku yang dibandingkan, tapi aku yang dijadikan patokan perbandingan, bukan sombong ya... Namun memang faktanya begitu. Dalam beberapa hal, orang tua kami sering membanding- bandingkan kami. Khususnya aku dan adiku yang kedua. Tak jarang ibuku sering berkata kepadanya, "Dek, coba kam tu kaya mamas kam, pinter, rajin, kalo disuruh ndak malas, tau nggarap kerjaan rumah." Dan seterusnya... Kalo mau dilanjutin ndak bakal selesai. Ya, awalnya mungkin aku merasa senang, ambungan, nge- fly dan perasaan lain yang sejenis semakin bermekaran di hati, karna aku dianggap sebagai teladan buat adik-adiku.
   Tapi, sejatinya... Lama-kelamaan aku sadar, bahwa ndak selamanya pepatah "Bagai pinang dibelah dua" itu benar. Dalam keluarga, sekalipun itu antara anak kembar yang identik, biarpun wajah mereka sama persis, namun adab dan tingkah lakunya mesti tidak sejenis. Apalagi buat kami, yang lahir dengan kondisi fisik yang berbeda-beda.

   Ya, seiring berjalannya waktu, sampai dengan sekarang... Perasaan itu sudah lama musnah. Aku ndak mau, adik-adiku merasa dipaksakan untuk hidup seperti diriku, karna aku sudah tahu, bahwa dalam beberapa hal, aku mungkin lebih unggul dari mereka, namun ada hal-hal tertentu juga yang tidak dapat aku lakukan. Padahal bagi mereka itu sangat gampang.
   Nah, akhirnya aku menyadari bahwa tidak selamanya, hidup kita itu jadi patokan dan perbandingan buat hidup orang lain. Boleh kita tiru hal-hal baik yang bisa kita tiru, karena sejatinya, jangan malu untuk jadi peniru, tirulah sifat-sifat baik saudaramu dan orang-orang di sekeliling mu.
   Yakinlah, setiap orang sudah memiliki jalan dan porsinya masing-masing. Tuhan ndak pernah tidur, Tuhan selalu punya rencana yang indah bagi anak-anak-Nya. Kesuksesan itu ada di tangan Tuhan, tinggal bagaimana kita berusaha untuk mencari tangga untuk menggapainya.
   "Jangan pernah menganggap dirimu hebat, kalau kamu masih punya Tuhan yang Maha Kuat, Jangan pernah merasa dirimu mampu, kalau kamu masih butuh orang-orang disekitarmu."
   Aku percaya, aku dan adiku mungkin berbeda, namun yang pasti jalan kami sudah terpatri, menuju kesuksesan hakiki, lewat cara kami sendiri-sendiri.

Related Posts:

5 comments:

  1. Replies
    1. Wah, makasih banyak bu.. Sudah mau membaca, walau sederhana sekali...

      Delete
  2. Alhamdulillah dapat ilmu baru dari tulisan itu, lanjutkan terus ko👍

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah dapat ilmu baru dari tulisan itu, lanjutkan terus ko👍

    ReplyDelete