Tas EIG3R Harga 40 ribu rasa baru, dari ayah ibuku...

         

  Bersyukur di tengah segala keterbatasan akses dan kesempatan , Tuhan masih memberiku banyak hal baik yang selalu menguatkanku dan mengajarkanku untuk mensyukuri hidupku. Aku pernah berpikir dan mempertanyakan hal bodoh, mengapa hidupku tidak semulus dan senyaman hidup teman-teman sebayaku? Yang bisa kapan saja membeli barang-barang sesuai keinginan dan kebutuhan mereka. Lain halnya dengan diriku yang untuk membeli barang baru yang menjadi kebutuhan saja kadang harus berpikir 1000 x dan perlu mempertaruhkan banyak hal. Ya, pikiran dan pertanyaan itu sangatlah bodoh. Setelah melewati banyak badai dan fase kehidupan, aku semakin mensyukuri diriku dan apa yang aku punya sekarang. Keluarga. Meski keadaan kami terbatas, tapi keluargaku selalu berani mendobrak batasan itu dan berdiri teguh mesti kadang perih. 

    Dewasa ini, aku menyadari betapa besar pengorbanan keluargaku . Mamak, Bapak, dan 2 adik-ku yang senantiasa mendukungku. Cinta mereka tak pernah putus untukku.

    Cinta dan perhatian dari hal-hal kecil misalnya. Baru-baru ini aku ingin sekali membeli tas merek 'Eiger' untuk mendukung aktivitas ku yang seringkali harus membawa banyak buku dan berkas-berkas ke sekolah. Pikirku tidak apa-apa jika harus merogoh kocek sedikit mahal untuk mendapatkan kualitas tas yang baik. Ketika liburan semester tiba dan aku berkesempatan untuk pulang ke rumah, aku sudah merencanakan hal ini. Tidak sabar untuk membeli tas baru. pikirku awalnya. 

    Ternyata ketika aku berdiskusi dengan 'mamak', sapaan ku pada ibu. Beliau menyarankanku untuk memperbaiki tas eiger adiku yang sudah lama tidak digunakan karena ritsletingnya yang sudah rusak. "Daripada kamu harus merogoh kocek kurang lebih 400 ribu untuk membeli tas eiger baru, lebih baik kamu perbaiki tas adikmu itu" ujar mamak padaku. Awalnya aku merasa berat hati, namun setelah aku cek kondisi tas tersebut, ternyata semuanya masih sangat bagus dan terlihat seperti baru. 

    Aku pun akhirnya mengiyakan saran dari mamak. Mamak menunjukkanku tempat tukang jahit yang biasa menjadi langganan kami. Setelah menunggu selama kurang lebih 1 jam, akhirnya risleting tas eiger adiku sudah kembali menjadi baru. Walaupun warna risleting yang baru berbeda dengan warna risleting tas asli, tapi 'look'nya masih seperti baru.

    Aku belajar bahwa barang apapun yang kita beli atau gunakan, harus kita sesuaikan dengan kebutuhan dan fungsi utama . Bukan soal gengsi tapi soal fungsi. 


Continue reading Tas EIG3R Harga 40 ribu rasa baru, dari ayah ibuku...

SUMBA: "Sentuhan Unik Musik dan Budaya Asli" melalui latihan Tari

     

    Sinar matahari pagi menyambut semangat kami bapa ibu guru dan siswa-siswi di SD Inpres Praikalokat dalam aktivitas belajar mengajar di akhir pekan . Akhir pekan di awal bulan merupakan masa-masa bahagia, apalagi ketika kantong masih tebal-tebalnya. 


    Hari ini (Sabtu, 2 Agustus 2025) merupakan kali pertama pelaksanaan latihan tari dan alat musik tradisional bagi 14 sekolah binaan Yayasan Astra di Kecamatan Pandawai, Sumba Timur. Bersyukur sekali, sekolah kami , SD Inpres Praikalokat bisa difasilitasi sedemikian rupa dengan mendatangkan narasumber  yang ahli di bidang ini langsung di masing-masing sekolah binaan. 
    Latihan tari kali ini menyasar siswa-siswi setiap sekolah yang diambil 10 siswa yang akan dilatih gerakan tari serta 10 siswa yang akan dilatih bagaimana memainkan alat musik tradisional Sumba Timur. 
    Setiap sekolah diperkenankan untuk mengajukan jam pelaksanaan sesuai kebutuhan dan situasi di lapangan. Untuk SD Inpres Praikalokat sendiri mengajukan jam latihan di pukul 10.00 WITA. 


    Latihan perdana khusus peserta didik ini merupakan kelanjutan dari pembinaan tari yang sebelumnya dilakukan untuk pembina ekstrakurikuler tari dari masing-masing sekolah binaan. 
    Siswa-siswi SD Inpres Praikalokat yang terdiri dari 10 siswi perempuan dan 10 siwa/i  lain sangat antusias dalam mengikuti sesi pelatihan. Kami menggunakan ruang kelas V dan VI sebagai tempat pelatihan. 
    Untuk latihan tari, secara keseluruhan sudah dapat diikuti dengan baik oleh para siswi yang terdiri dari kelas 3,4, dan 5. Apalagi beberapa diantaranya sudah memiliki basic atau dasar pengalaman yang cukup karena pernah mengikuti ajang FLS3N tahun 2025 kemarin. Hanya saja masih ada PR khusus untuk 2 sampai 3 siswi yang masih terbilang baru mengenal teknik gerakan tarian sumba ini.  Latihan tari ini juga masih fokus pada gerakan dasar hentakan kaki 'janjang dan jinjit'  dan ayunan tangan ketika kaki dihentakan sesuai irama lagu pop sumba berjudul 'Panda Lanja ngu', yang menjadi instrument penggiring gerakan tari. Lagu ini digunakan karena irama dan ketukannya yang tidak terlalu cepat dan pas digunakan untuk melatih para siswi di tingkat SD yang baru pertama kali belajar menari. 


    Tantangan utama ada pada latihan alat musik tradisional. Gong dan Tambur yang merupakan alat musik tradisional khas Sumba Timur ini bisa dibilang cukup tricky dalam memainkannya. Tidak sembarangan orang bisa memahami ketukan dan cara memukulnya yang benar. Oleh sebab itu, perlu latihan secara mendalam khusus untuk sesi alat musik tradisional.
    Meskipun demikian , semua siswa sangat menikmati proses latihan yang walau melelahkan namun sangat menyenangkan bagi mereka. Latihan berakhir pukul 12.00 WITA . Dengan panasnya terik matahari, kami pun beranjak meninggalkan sekolah. 
    Sekian cerita seru kegiatan hari ini. Semoga selalu menginspirasi dan menjadi catatan pengingat bagi memori. 
Continue reading SUMBA: "Sentuhan Unik Musik dan Budaya Asli" melalui latihan Tari

Budaya Bakar Sampah Yang Menjamur : Tantangan Untuk Mewujudkan Sekolah Yang Berwawasan dan Cinta Lingkungan di Sumba Timur

 


    'Sekolah Sadar Sampah' Merupakan Program Inisiasi dari Yayasan Astra-Yayasan Pendidikan Astra Michael D. Ruslim yang merupakan salah satu bentuk kampanye, edukasi, dan pendampingan kepada sekolah binaan YPA-MDR yang bertujuan untuk mengurangi dampak negatif sampah terhadap lingkungan serta meningkatkan kesadaran warga sekolah binaan akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dengan 3 langkah utama, yaitu : 1)Pengurangan sampah, 2) Pemilahan Sampah, 3)Pengelolaan Sampah.
    Program ini diluncurkan pertama kali pada Hari Kamis, 24 Juli 2025 lalu. Kegiatan diawali dengan webinar yang mengupas informasi tentang pengelolaan dan jenis-jenis sampah yang selama ini dikenal di lingkungan rumah dan sekolah. 
    Tentu saja, sekolah sangat menyambut baik adanya pendampingan terkait pengelolaan dan manajemen sampah sisa aktivitas di sekolah. Hal ini disebabkan masih minimnya kesadaran dan aksi nyata mengenai pengelolaan sampah yang dilakukan oleh warga sekolah mulai dari bapa ibu guru dan peserta didik sendiri.
    Di Sumba Timur pada umumnya, sekolah-sekolah di Kecamatan Pandawai masih terbiasa dengan budaya 'bakar sampah' baik itu sampah dedaunan maupun sampah plastik. Padahal jika hal ini ditanggapi secara serius, sampah-sampah yang ada bisa diolah lebih lanjut menjadi produk-produk ramah lingkungan atau bahkan produk yang bernilai ekonomis. 
    Foto diatas merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh siswa-siswi di SD Inpres Praikalokat setiap paginya sebelum apel pagi. Namun kali ini, secara khusus aku mengarahkan siswa-siswi untuk mengumpulkan sampah dedaunan didalam karung untuk ditampung selama 3 hari berturut-turut untuk kemudian ditimbang dan didata jumlah beratnya, sebagai bentuk asesmen awal dari program Sekolah Sadar Sampah.
    Aku yakin, program ini akan berjalan sukses di SDI Praikalokat dan SDI Kawangu 2. Amin paling serius... sekian cerita hari ini...
Tunggu cerita-cerita selanjutnya ya...


Continue reading Budaya Bakar Sampah Yang Menjamur : Tantangan Untuk Mewujudkan Sekolah Yang Berwawasan dan Cinta Lingkungan di Sumba Timur

MPLS Hari Ketiga : Siswa Mengetahui Karakter Disiplin Lewat Media Kartu Aksi

     


    Hari ketiga dalam awal minggu tahun ajaran baru masih dipenuhi dengan serba-serbi kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Di SD Inpres Kawangu 2 sendiri, siswa-siswi kelas 1 masih dikenalkan dengan 4 karakter dasar Cerdas : Kebersihan, Kedisiplinan, Respek, dan Daya Juang.  

    Karakter Kebersihan sudah diajarkan melalui kegiatan operasi pungut sampah atau yang biasa dikenal sebagai operasi semut. Dari kegiatan ini siswa diberikan pemahaman untuk bisa menjaga kebersihan lingkungan sekolah. 

    Di hari ketiga dalam masa MPLS ini, siswa/i SD Inpres Kawangu 2 diberikan pengenalan tentang apa itu karakter 'Disiplin'. Sebagai siswa/i kelas 1 yang baru saja beralih dari Taman Kanak-Kanak, tentu pemahaman dasar tentang kedisiplinan perlu mereka ketahui dahulu. 

    Berangkat dari hal itu, aku bersama dengan tim MPLS sekolah melakukan pendekatan pada siswa/i kelas 1 dengan menggunakan media sederhana berupa 'Kartu Aksi' yang dibuat dari kalender dan gambar aksi yang menunjukan aksi disiplin dan aksi tidak disiplin. Siswa/i diminta mengamati kartu bergambar yang berjumlah 3 pasang. Setiap pasang kartu memuat aksi disiplin dan aksi tidak disiplin. Pasangan kartu pertama menampilkan gambar siswa yang datang terlambat dan siswa yang datang tepat waktu. Pasangan kartu kedua menampilkan gambar siswa yang mengenakan seragam yang rapi dan seragam yang tidak rapi. Pasangan kartu terakhir menampilkan gambar aksi positif disiplin membuang sampah pada tempat sampah dan aksi negatif tidak disiplin membuang sampah di sungai. 

    Dari pasangan kartu bergambar yang siswa/i amati, mereka dapat mengenal dan mengetahui bentuk konkret dari aksi disiplin dan contoh penerapan sikap disiplin dalam kehidupan sehari-hari.  Sesuai level  C1 kognitif pada sistem taksonomi bloom, siswa/i dapat mengetahui dan membedakan mana yang termasuk contoh karakter disiplin dan mana yang bukan termasuk contoh karakter disiplin. 

    Aku bersykur siswa/i masih sangat antusias dalam mengikuti MPLS hari ketiga ini. Harapanku, semoga  pendekatan ini bisa menjadi inspirasi untuk rekan-rekan guru di sekolah lain. 


Continue reading MPLS Hari Ketiga : Siswa Mengetahui Karakter Disiplin Lewat Media Kartu Aksi

MPLS Hari Kedua : Menanamkan Karakter Adiwiyata Untuk Siswa Baru Lewat Operasi Semut Yang Menunjang Core Value Cerdas Untuk Karakter Kebersihan

     


    Hari ini anak-anak tetap datang ke sekolah dengan antusias dan semangat yang masih sama. Fokus kegiatan sekolah masih pada PMB (Penerimaan Murid Baru) dan MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah). Khusus kegiatan MPLS di kelas 2 hingga kelas 6 dikoordinir oleh masing-masing wali kelas. Sementara MPLS di kelas 1 dijalankan oleh tim MPLS sekolah termasuk aku sendiri yang dilibatkan dalam kegiatan ini. 

    Di hari kedua MPLS ini aku bersama tim MPLS mengajarkan Core Value Cerdas yang fokus pada karakter dasar kebersihan pada siswa-siswi kelas 1. siswa/i baru diajarkan pembiasaan karakter cinta lingkungan atau karakter adiwiyata dengan melaksanakan operasi semut (gerakan memungut) sampah plastik dan pilih pilah sampah sesuai dengan jenisnya. Hal ini sebagai bentuk nyata pembinaan dan menananmkan karakter kebersihan serta cinta lingkungan untuk anak-anak.

    Siswa/i kelas 1 sangat senang dan aktif selama kegiatan. Setelah selesai memungut sampah plastik, mereka pun secara mandiri kami arahkan untuk membuang sampah tersebut ke dalam bak sampah besar berwarna kuning yang sesuai dengan kategori jenis sampah anorganik. Setelah itu, mereka kami arahkan untuk mencuci tangan secara bersih dan benar. 

    Dari kegiatan sederhana ini, bisa menjadi pembiasaan yang benar dan baik dalam mewujudkan karakter adiwiyata di level paling dasar dari SD. 

    Kegiatan MPLS hari kedua khusus bagi siswa/i kelas 1 kami tutup dengan games ice breaking 'Bergerak Sesuai Aba-Aba atau Berlawanan dengan Aba-Aba'. Seluruh siswa kelas 1 kami bagi menjadi 4 kelompok barisan dan sambil berbaris mereka memegang pundak teman satu sama lain. Ketika diberi aba-aba "Ikuti sesuai Kenyataan, Maju!" Harusnya mereka bergerak maju secara serentak. Lain halnya jika mereka diberi aba-aba "Ikuti secara Berlawanan, Mundur!" Berarti mereka harus bergerak maju ke depan , karena kata yang diucapkan guru adalah mundur. 

    Walaupun sempat terjadi kericuhan dan kegaduhan, namun anak-anak sangat menikmati permainan ini. 

    Demikian cerita singkat tentang keseruan kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah Bagi Kelas 1 di SD Inpres Kawangu 2 untuk Tahun Ajaran 2025/2026. Semoga para pembaca menyukai cerita menarik ini. 

Continue reading MPLS Hari Kedua : Menanamkan Karakter Adiwiyata Untuk Siswa Baru Lewat Operasi Semut Yang Menunjang Core Value Cerdas Untuk Karakter Kebersihan

"MPLS Siswa Baru di SD : Tantangan Menyapa Dunia Sekolah dengan Bahasa Yang Dimengerti Anak"

    


    Sinar matahari pagi mengantarkan semangat siswa-siswi SD Inpres Kawangu 2 di hari pertama masuk sekolah. Aku sangat senang bisa memulai minggu kerja di awal tahun ajaran baru ini dengan melihat antusias siswa-siswi kelas 1 yang baru. 

    Orang tua siswa baru berkerumun memantau anak-anak mereka dari kejauhan. Seragam baru dari atas rambut sampai ujung kaki melengkapi semangat anak-anak untuk belajar. Ada juga siswa yang masih harus didampingi orang tua ketika berkumpul di lapangan.

    Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) memang belum aktif dilaksanakan dikarenakan Bapa Ibu Guru yang masih fokus dalam kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) selama satu minggu ke depan. Ditambah lagi, masih ada beberapa orang tua / wali murid yang belum melengkapi formulir administrasi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Sehingga panitia PPDB perlu menyelesaikan administrasi tersebut.

    Ada satu hal yang menarik perhatianku hari ini. Ketika apel pagi dimulai, aku mendapati 2 siswi kelas 1 yang berbaris terpisah dari barisan utama. Ketika aku hampiri dan mengajak mereka bergabung dengan teman-temannya yang lain, tiba-tiba orang tua/wali murid yang berada di sebelah kedua siswi tersebut melarangku untuk membawa mereka bergabung ke barisan siswa kelas 1. "Tidak usah pak Guru, biar mereka disini saja, karena mereka belum terdaftar" ujar bapak tersebut. 

    Singkat cerita, baru kuketahui bahwasannya kedua siswi tersebut memang tidak bisa mendaftar di SDI Kawangu 2 karena usia mereka yang belum memenuhi syarat. Usia mereka sendiri masih tergolong dini yaitu 5,5 tahun. Sedangkan syarat untuk masuk SD adalah 5,9-7 tahun. Hal ini jelas melanggar aturan dan akan berpengaruh pada status peserta didik tersebut di Sistem Data Pokok Peserta Didik (Dapodik).

    Meskipun sudah dijelaskan oleh bapa ibu guru bahkan oleh kepala sekolah sendiri, orang tua/wali murid dari peserta didik ini masih belum terima dan tetap saja memaksa agar putrinya bisa masuk di SD Inpres Kawangu 2. 

    Sebenarnya solusi dari permasalahan ini sudah sempat disampaikan oleh pihak sekolah kepada orang tua/wali murid siswi tersebut, yaitu dengan menyertakan lampiran surat keterangan dari psikolog bahwa calon peserta didik tersebut memiliki kemampuan atau bakat di atas rata-rata dari anak-anak seusianya. Sehingga mereka bisa mendaftar dan masuk menjadi peserta didik baru. Namun karena orang tua/wali murid tidak menyanggupi, sekolah pun juga tidak bisa menyanggupi permintaannya. 

    Aku melihat kasus ini dari 2 sisi. Dari sisi orang tua/wali murid yang bersikeras berjuang untuk anak-anaknya agar bisa masuk sekolah impian dan dari sisi pihak sekolah yang bersikeras dan berintegritas pada aturan yang sudah ada dan berlaku serta telah disepakati bersama. Aku sendiri berharap ada jalan terbaik untuk kedua siswi ini.

    Kegiatan hari pertama masuk sekolah diawali dengan apel pagi seperti biasa dimana salah satu siswa diminta maju ke depan untuk memimpin apel pagi dan menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya, yang dilanjutkan dengan nyanyian yel-yel karakter untuk anak-anak SD. 

    Setelah apel pagi, setiap siswa secara berurutan berbaris dan menyalami bapa ibu guru yang ada di depan yang biasanya dimulai dari kelas 1 sampai 6. Hal ini adalah praktik baik yang sudah dilaksanakan sebelum aku bertugas. 

    Kali ini aku diberikan kesempatan dan diminta untuk membantu mendampingi kegiatan MPLS di kelas 1. Jujur ini pengalaman perdana bagiku, karena sebelumnya aku tidak terlalu terlibat aktif dalam kegiatan MPLS pada tahun kemarin. 

    Baru aku sadari, betapa beratnya mendampingi siswa/i kelas 1 SD yang baru masuk. Mengajarkan bagaimana sikap dan karakter baik yang harusnya dimiliki oleh siswa yang sudah menyandang status sebagai siswa SD itu sungguhlah tidak mudah. Tantangan utamanya adalah bagaimana kita men-deliver dan mengemas  pesan dan informasi supaya bisa diterima dan dipahami oleh bahasa anak-anak. 

    Perlu suara dan kesabaran yang tinggi untuk bisa menjangkau 40 lebih anak-anak dengan karakter dan sifat yang berbeda-beda. Ditambah lagi anak-anak yang cepat merasa bosan apabila kita terlalu banyak bicara secara monoton. 

    Disini guru dituntut untuk punya bank materi kreatif yang menyenangkan seperti lagu-lagu, yel-yel, dan permainan sederhana yang memancing emosi dan antusias anak-anak kelas 1. 

    Dalam kesempatan MPLS hari ini, aku bersyukur bisa memberikan sedikit info mengenai budaya pilah pilih sampah dan kebiasaan 3 R khususnya pembiasaan karakter baik dengan membawa tumbler atau botol minum pribadi dari rumah untuk mengurangi penggunaan plastik. 

    Anak-anak diawal mungkin bisa lupa, namun jika kita tanamkan terus menerus secara rutin, akan bisa dipraktikan secara sadar oleh mereka dan bisa membudaya. 

    Sampai jumpa di MPLS hari kedua besok. Terima kasih sudah berkenan membaca teman-teman.


Continue reading "MPLS Siswa Baru di SD : Tantangan Menyapa Dunia Sekolah dengan Bahasa Yang Dimengerti Anak"

 Satu Tahun Mengabdi, Selamanya Menginspirasi




    Salah satu quotes yang paling mengesankan dan kudapat ketika menyelesaikan satu tahun pengabdian sebagai Guru Muda Garda Depan (GMGD) Angkatan V adalah ‘Satu Tahun Mengabdi, Selamanya Menginspirasi’. Kutipan ini awalanya kukira hanya berlaku bagi kami GMGD yang sudah menyelesaikan tugas selama satu tahun ajaran 2024/2025. Ternyata diluar dugaanku, kutipan ini berlaku juga bagi Area Officer (AO) daerah Sumba Timur. ‘Mas Banu’ begitu sapaan akrab kami, yang merupakan pendamping GMGD. 

    Pengalaman luar biasa dan sungguh berharga ketika aku bisa mengenal dan belajar banyak dari Mas Banu selama masa penugasan. Belajar bagaimana bernegosiasi dengan banyak orang, belajar bagaimana kita harus berani mengambil keputusan di tengah situasi yang kurang mengenakkan, belajar untuk mengendalikan situasi dan kondisi ketika yang lain sedang berkecamuk, dan belajar untuk tetap tenang dan fokus pada solusinya bukan masalahnya. 

    Bagi kami GMGD Angkatan V dan aku pribadi, Mas Banu adalah sosok rekan kerja, atasan, dan kakak yang sangat mengayomi dan mendukung setiap aktivitas dan kegiatan yang dilakukan oleh GMGD. Beliau selalu memberi diri untuk menampung keluh kesah dan curhatan kami para adik-adiknya ini. Gaya komunikasi dan Teknik kepemimpinan beliau juga sangat patut diacungi jempol. Tak heran jika Mas Banu sangat disayangi dan dicintai oleh warga sekolah binaan Yayasan Astra di Sumba Timur. 

    Sayangnya pendampingan Mas Banu sebagai Area Officer Sumba Timur harus berakhir pada Tahun Ajaran 2025/2026 dikarenakan adanya rotasi AO di lingkungan kerja. Hal ini tentu sangat mengejutkan para kepala sekolah dan guru-guru. Pasalnya, kabar ini baru diketahui mendadak , saat penyerahan GMGD di Aula Kantor Bupati Sumba Timur. Semua kepala sekolah, beserta guru-guru tidak percaya dan sangat menyayangkan perpindahan tugas mas banu ini, begitupun kami GMGD Angkatan V khusunya yang melanjutkan penugasan di tahun ajaran baru ini. 

    Quotes cantik yang menjadi judul tulisan ini merupakan quotes yang diberikan Mas Banu pada spanduk penarikan GMGD Angkatan V yang seyogyanya ditujukan pada kami. Tapi pada kenyataan perjalanannya, ternyata quotes tersebut sangat menggambarkan sosok Mas Banu itu sendiri.  Harapan dan doa-doa terbaik mengiringi Langkah Mas Banu untuk melanjutkan karya pelayanannya di daerah Seram Bagian Barat. 

    Satu hal yang menjadi keyakinanku, semesta akan menggiring semua yang merindukan Mas Banu selama perjalanan kehidupan kedepan. Bertemu dengan Mas Banu dengan versi terbaik dirinya dan juga diri orang-orang yang mengasihinya. Tak terkecuali kami para GMGD Angkatan V, khususnya  aku Riko, Rani, dan Suzan. 

    Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk Kakak, rekan kerja, dan rekan sharing kami GMGD V selama berpelayanan di Sumba Timur.  Sampai jumpa di kesempatan baik lain ya Mas. 

    Demikian sedikit cerita dan kesan pesan baik yang bisa aku bagikan melalui blog ini. Semoga tulisan ini bisa dibaca dan dilihat banyak orang.

   Dan harapan besarnya adalah tulisan ini bisa selalu menjadi pengingat baik dan bisa diambil makna dan faedahnya bagi siapapun orang yang membacanya.

    






Continue reading

Wara Wiri ke Pantai Walakiri

 

    Sesuai judulnya, ini merupakan kali kesekian, aku wara-wiri atau bolak-balik mengunjungi pantai cantik yang ada di Sumba Timur ini. momen kali ini berbeda, karena aku pergi bersama dengan rekan-rekan Guru Muda Garda Depan Angkatan ke-6. Kami mengunjungi pantai ini untuk melepaskan rasa penat dan lelah selepas mengunjungi beberapa sekolah binaan Yayasan Astra di Kecamatan Pandawai. Momen kali ini juga aku manfaatkan untuk memperkenalkan salah satu objek wisata menarik yang ada di Sumba, kepada beberapa orang GMGD yang baru bertugas di Sumba. 

    Walaupun memang, patut diakui bahwa objek ikonik di Pantai Walakiri yaitu pohon bakau sudah tidak ada lagi. Walaupun demikian, kami masih bisa menikmati matahari terbenam sambil berduduk di salah satu perahu ikan milik warga setempat. 

    Kebetulan juga, ketika kami datang ke Pantai, kondisi airnya sedang surut jauh sekali ke arah tengah laut. Hal ini tentu membuat kami bisa berjalan ke arah laut untuk melihat kerang dan keong. 

    Pasir Pantai Walakiri juga sangat cantik dan indah. Pantai ini juga ditumbuhi banyak sekali pohon kelapa.

    Sungguh perjalanan bermakna dan indah bersama dengan  rekan-rekan GMGD di tahun kedua penugasan dan pengabdianku di tanah Humba. 

    Kami kembali ke rumah setelah puas menikmati keindahan langit senja di Pantai Walakiri dan beberapa rekan sudah kenyang menyantap air kelapa yang dijual oleh masyarakat setempat. 

    Sekian cerita singkat ini. Aku percaya awal kisah yang baik bisa berakhir dengan baik pula. 

    

 

    

    

Continue reading Wara Wiri ke Pantai Walakiri

Bertanya Karena Murni Ingin Tahu atau Karena Ingin Membuktikan Eksistensi Dirimu?

 


        Dalam beberapa kegiatan atau acara formal seperti seminar, sarasehan, workshop, dan diklat biasanya akan ada sesi khusus yang diberikan kepada peserta untuk melontarkan pertanyaan kepada narasumber. Tujuan utamanya agar narasumber dapat mengetahui umpan balik dari peserta dan memberikan tanda bahwa inti kegiatan tersebut berjalan dengan baik yaitu materi yang disampaikan bisa diterima dan dipahami oleh seluruh peserta kegiatan. 

    Menurut sumber yang saya dapat di internet dengan bantuan google AI, kegiatan bertanya dapat diartikan sebagai sebuah tindakan untuk meminta informasi atau jawaban dari orang lain melalui ucapan verbal yang merupakan stimulus efektif untuk mendorong kemampuan berpikir.  

    Jika dipahami secara mendalam, bertanya sendiri bisa didefinisikan sebagai sebuah tindakan sadar dan terencana dari seorang individu untuk mengutarakan rasa ingin tahunya tentang suatu hal agar dapat dijawab oleh individu yang dianggap kompeten. Hal ini sangat jelas, jika kita melihat dari sisi pengertian katanya, yaitu kegiatan bertanya dilakukan murni karena rasa ingin tahu dari seseorang. 

    Sekarang pertanyaannya adalah, bagaimana bila seseorang yang melakukan tindakan bertanya atau mengajukan pertanyaan di sebuah forum resmi sebenarnya sudah mengetahui jawaban dari pertanyaan yang ia lontarkan. Ia melakukannya hanya untuk ajang pembuktian eksistensi diri dan bahkan menguji atau memverifikasi dan membandingkan jawaban yang ada di kepalanya dengan jawaban dari narasumber. Apakah menurut teman-teman, itu merupakan tindakan yang kurang tepat?

    Bahasan ini yang menjadi pergumulan saya ketika berkuliah secara daring (online) dulu. Ketika dosen sudah selesai  menjelaskan materinya, saya dan teman-teman  diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. Sayangnya, kebanyakan dari kami hanya diam membisu, sehingga dosen menganggap kami sudah paham dan seketika itu juga dosenpun melontarkan pertanyaan pemantik yang harus kami jawab. Dari situ, dosen bisa melihat sebenarnya kami belajar atau tidak.  

    Hal ini sering terjadi setiap pertemuan di kelas online. Itulah yang mendorong saya untuk mencoba berusaha mencari-cari pertanyaan agar bisa menjadi bahan diskusi di kelas , supaya terhindar dari pertanyaan mematikan dosen dan juga agar bisa dinotice oleh dosen yang bersangkutan.

    Saya sadar, hal ini bukan sepenuhnya benar, namun bukan juga sepenuhnya salah. Yang menjadi koreksi pemahaman saya adalah, pertanyaan yang timbul murni karena rasa ingin tahu itu didapat bukan karena ingin unjuk gigi atau membuktikan eksistensi diri, tapi didapat karena kita sudah banyak membaca dan menyerap serta memahami informasi. Sehingga, walaupun kita sudah paham, kita bisa memverifikasi pemahaman kita kepada dosen dan juga memastikan apa yang kita pahami itu sudah benar. Karena ketika kita belajar lebih banyak, dan menemui kesulitan, kita bisa langsung menggunakan sesi tanya jawab di kelas untuk bertanya kepada dosen tersebut, bukan berusaha untuk mencari konteks pertanyaan yang sesuai dengan topik yang dibahas di kelas. 

    Sekian tulisan singkat saya, kiranya bisa menjadi wadah diskusi para pembaca di kolom komentar ya.

Continue reading Bertanya Karena Murni Ingin Tahu atau Karena Ingin Membuktikan Eksistensi Dirimu?

Slow Living Bahagia di Salatiga

 


    Istilah 'Slow Living' biasa dikaitkan dengan gaya hidup seseorang yang santai, sederhana, dan apa adanya. Istilah ini sendiri awalnya sempat booming sekitar tahun 2023 pertengahan. Banyak juga konten kreator yang membagikan pengalaman mereka melaui media sosial tentang bagaiamana menjalankan gaya hidup 'Slow Living' di kota-kota tertentu. 

    Nah, berangkat dari fenomena itulah aku jadi tercetus untuk membagikan beberapa pengalaman hidup 'slow living' ku selama menjadi mahasiswa di Kota yang terletak di Lereng Gunung Merbabu, yaitu kota Salatiga. 

    Salatiga sendiri memiliki banyak keistimewaan, selain dari hawa kotanya yang cukup dingin dan sejuk, kota ini juga memiliki letak yang sangat strategis, yaitu terletak di daerah segitiga emas (Jogja, Solo, Semarang) atau dikenal sebagai JogLoSemar. 

    Harga kost-kostan di Salatiga juga relatif terjangkau. Di zamanku ketika mulai awal perkuliahan tatap muka, aku juga beruntung mendapatkan harga kost-kostan yang terbilang sangat murah, yaitu hanya Rp 500.000,00 sudah lengkap dengan fasilitas Wifi, air, listrik, kamar mandi luar, kasur, lemari, meja, dan karpet, serta tempat menjemur pakaian yang terbuka dan terpapar sinar matahari pagi. 

    Untuk makananan enak, murah, dan kenyang juga sudah bisa kita dapatkan mulai dari harga Rp5.000,00 hingga harga Rp15.000,00 tergantung lauk yang dipilih. Jadi soal urusan pangan, jangan khawatir. Jika malas memasak di kost-kostan, kita bisa membeli makanan siap saji. Dulu, ketika awal-awal nge-kost, aku memasak nasi sendiri di kost, kemudian tinggal  membeli lauk pauk di kedai yang dekat dengan kost tempat tinggalku. 

    Salah satu makanan murah meriah yang sering aku beli ada di gambar headline tulisan ini. Nasi Pecel yang sangat murah dengan harga se-porsinya hanya Rp 5.000,00 yang sangat mengenyangkan. Selain itu, ada juga nasi goreng murah kemiri candi yang dibandrol dengan harga Rp 8.000,00 per porsinya untuk satu pirinng full bahkan lebih dari nasi goreng ayam tanpa telur. 

    Banyak sekali hal-hal menarik yang bisa ditemui di kota Salatiga, apalagi ketika kita mau memulai hidup 'Slow living'

Ya, sekian tulisan mengenai gaya hidup 'Slow Living' ini. Biarlah kita bisa merasakannya suatu saaat nanti, dimanapun kita berada. 


]


Continue reading Slow Living Bahagia di Salatiga

Bulan Ketiga di Taman Baca Bahagia

 

    Halo sobat blogger, puji Tuhan, tidak terasa kita sudah masuk di Bulan ketiga di tahun 2025. Tepat di hari ini,Sabtu, 1 Maret 2025, aku kembali mengajar kelas Bahasa Inggris di Taman Baca Kairos Mau Hau Sumba Timur. Momen penyemangat untuk mengawali bulan baru di tahun yang terbilang masih baru. 

    Kelas taman baca dimulai sedikit molor, dikarenakan aku yang terlambat bangun dari lelapnya tidur siang. Taman Baca Kairos sendiri dibuka setiap Hari Sabtu Pukul 16.00 WITA. 

    Aku tiba di Taman Baca sekitar pukul 16.30 waktu setempat. Betapa terkejutnya aku, ternyata hari ini , jumlah anak-anak yang datang sangat banyak. Dari kelas besar sampai kelas kecil semuanya memadati tempat duduk. 

    Kelas diawali dengan doa yang dipimpin oleh salah satu anak. Setelah itu, Kak Ori (Pendiri sekaligus pengurus taman baca) mengarahkan anak-anak kelas kecil untuk belajar di dalam rumah, sedangkan anak-anak kelas besar tetap berada di teras rumah bersama denganku. Sebelum masuk ke materi pelajaran, aku membahas sedikit tugas yang aku berikan pada pertemuan sebelumnya. Anak-anak sangat antusias ketika aku tanya "Siapa yang sudah mengerjakan PR minggu kemarin?"  "Saya kak!", "Saya belum kak!" dan respon-respon lain yang menggelitikan. 

    Setelah membahas tugas, kami masuk ke materi baru tentang pengenalan nama hewan dan buah dalam bahasa inggris. Selain aspek 'Writing', aku juga melatih kemampuan 'Listening' dan 'Reading' mereka. Pembelajaran berlangsung cukup kondusif dan menyenangkan. 

    Suaraku juga sedikit perlu ditinggikan, karena anak-anak yang sangat antusias dalam merespon pertanyaan-pertanyaanku. 

    Di akhir kelas, seperti biasa aku memberi kuis 'siapa cepat jawab dia dapat' untuk anak-anak, agar melihat sejauh mana pemahaman mereka tentang materi yang aku berikan. 

Kelas berakhir pada pukul 17.30 , dan seperti biasa anak-anak mengantre untuk mendapatkan kue dan air minum untuk mereka nikmati. 

    Sekian cerita bahagiaku hari ini. Aku harap teman-teman pembaca ikut merasakan kebahagiaan yang aku rasakan. Tuhan memberkati...

Video Kemeriahan Taman Baca Hari Ini


Continue reading Bulan Ketiga di Taman Baca Bahagia

Libur (Tidak Panjang) di Air Terjun Waimarang



Halo sobat blogger, setelah cukup lama Hiatus dari dunia blog ini, aku kembali untuk berbagi cerita dan pengalaman berhargaku selama ada di Sumba Timur.

Kesempatan emas kali ini adalah ketika aku dapat 'plesiran' ke salah satu objek wisata alam yang ada di Sumba Timur, tepatnya di daerah Melolo.

Air Terjun Waimarang yang dapat dikunjungi dengan menempuh waktu kurang lebih 2 jam perjalanan, menyuguhkan pesona yang cantik nan indah .

Aku berangkat bersama 3 orang temanku yang lain, dengan membawa 2 motor. Perjalanan yang panjang membuat pinggang dan bokong lumayan pegal , ditambah cuaca Sumba yang panasnya luar biasa, membuat lengkap perjalanan destinasi ini. 

Di tengah perjalanan , kami berempat singgah sebentar di salah satu kios untuk membeli air mineral dan jajajan ringan untuk camilan di lokasi.

Kami tiba di lokasi kurang lebih pukul 15.00 WITA, setelah melewati jalanan berdebu dengan batu-batu dan tanjakan yang memacu adrenalin.

Pengunjung yang datang tidak dikenakan biaya tiket masuk seperti di objek wisata pada umumnya, namun hanya diminta retribusi parkir motor sebesar Rp 5.000,00./motor 

Perjalanan menuju air terjun selanjutnya kami tempuh dengan berjalan kaki selama kurang lebih 20 menit , dengan jalan menurun dan cukup curam . Beruntungnya pengelola wisata sudah membuatkan tangga yang membantu pengunjung dalam perjalanan, meskipun tidak semua medan dilengkapi dengan fasilitas  tangga yang memadai.

Ketika kami sudah dekat dengan pusat air terjun, medan yang ditempuh semakin curam dan sangat licin, sehingga kami sangat perlu berhati-hati , karena kalau tidak, kami bisa saja terperosok dan jatuh ke bawah jurang👨‍🏫.

Ketika kami sudah semakin dekat dengan pusat air terjun, kami dapat mendengar suara teriakan dan aliran air. Ternyata pengunjung pada waktu itu cukup banyak, sehingga kami perlu menunggu beberapa saat untuk bisa mengambil foto dengan latar belakang air terjun cantik ini.

Awalnya aku tidak berniat untuk mandi, karena tidak membawa baju ganti,  namun karena melihat 2 rekanku yang lain, aku jadi tergoda dan akhirnya ikut menikmati segarnya air terjun Waimarang ini.

Aku sungguh takjub dengan keindahan dan pesona alam Sumba Timur. Betapa luar biasanya Tuhan memberikan kita Bangsa Indonesia Kekayaan Alam yang melimpah sedemikian rupa. Terima kasih ya Tuhan, atas anugerah dan kesempatan baik ini.

Setelah puas berenang dan mengambil beberapa foto, kami langsung bergegas pulang, supaya tidak terlalu larut tiba di rumah .


Continue reading Libur (Tidak Panjang) di Air Terjun Waimarang

Rumah Singgah Salatiga : Belajar, Bersabar, dan Bersyukur!

     


    Kamis, 19 Oktober 2023, aku dan seorang rekan yang baru ku kenal (Kak Syalom) namanya, berkesempatan untuk mengunjungi dan mengajar adik-adik keren yang ada di Rumah Singgah Salatiga. Sedikit cerita sebagai pengantar, awalnya aku memutuskan untuk mendaftar sebagai bagian dari mentor Rumah Singgah Salatiga, yang ada di Desa Mangunsari, Kecamatan Sidomukti, Salatiga, Jawa Tengah. Semua berawal dari adanya info mengenai Pembukaan Program Volunteer mengajar oleh komunitas belajar LLC (Limitless Learning Center). Dalam g-form pendaftaran, aku memang dengan tegas memilih untuk mengajar anak-anak SD ketimbang SMP dan SMA. Jujur, aku sungguh antusias dengan adanya program volunteer yang berlangsung selama kurang lebih 2 bulan ke depan ini. Awalnya aku sempat bingung, dimana alamat pasti dari rumah singgah ini.  Karena  jika aku hanya mengandalkan bantuan google maps dan berangkat sendirian, akan memakan waktu lebih lama untuk menemukan tempatnya. Beruntungnya, ada salah seorang mentor rumah singgah yang sudah lebih dulu mengajar disana (Kak Syalom), mengajaku untuk berangkat bersama, sehingga kami pun bisa menemukan lokasi rumah singgah dengan cepat. Kami berangkat dari kampus sekitar pukul 13.00, setelah sebelumnya aku menyelesaikan kelas Pra-magang bersama Bu Marmi. 

    Perjalanan ke sana, memakan waktu sekitar 10 menit (belum ditambah dengan berhenti karena antrian di lampu merah). Setelah sampai, kami pun disambut oleh Ibu pemilik sekaligus pengelola Rumah Singgah tersebut (Ibu Puji Lestari/Ibu Tari). Aku tidak langsung mengajar, karena kebetulan anak-anak yang bakal diajar, belum pulang dari sekolah. Aku dan Kak Syalom pun menunggu anak-anak pulang terlebih dahulu, sembari menunggu, ternyata Bu Tari sudah menyiapkan dan menyuguhkan sepiring roti potong yang berisi daging dan segelas teh hangat. Setelah menunggu sekitar 15 menit, akhirnya anak-anak yang ditunggu tiba di rumah singgah. Ketika sampai, anak-anak ini langsung menyalami aku dan kak Syalom, setelah itu mereke bergegas naik ke kamarnya untuk mengganti baju dan makan. Tanpa berlama-lama, salah satu anak (Wahyu) atau biasa dipanggil Memet, langsung menghampiri aku dan kak Syalom, dengan membawa buku-buku pelajaran miliknya. Wahyu ini adalah anak laki-laki yang sangat gemar dengan olahraga futsal, dia juga sangat mengidolakan Christiano Ronaldo. Saat ini ia merupakan siswa kelas 4 Sekolah Dasar Kanisius Cungkup. Info yang ku dengar dari Kak Syalom, Wahyu ternyata sangat merindukan hadirnya seorang mentor laki-laki. Tidak heran memang jika melihat respon awal ketika ia bertemu dan menyapaku, dari tatapan matanya ia sangat antusias untuk segera belajar dan meminta aku untuk membantunya mengerjakan PR matematika dan Bahasa Indonesia miliknya.

 Materi soal kelipatan bilangan dan pemfaktoran menjadi 2 soal yang ia ingin tanyakan. Setelah aku selesai menjelaskan, ia pun meminta aku untuk membantu dan mengajarinya menggambar dan mencari tema yang cocok untuk tugas membuat poster miliknya.  Sambil kami menggambar, ternyata ada satu lagi anak kecil (usia 5/6 tahun) yang baru bangun dari tidurnya. Ester, anak kecil dengan kulit hitam manis dan rambut keritingnya, langsung berucap "Oh ada Kak Syalom Toh...., loh ini kakaknya bau?" ujar si kecil Ester. Aku pun sontak kaget dengan apa yang diucapkannya!, apa benar badan ku bau saat itu?, sambil aku tersenyum dan sedikit menahan malu, aku coba mencium bau lengan baju di dekat ketiak-ku, tidak bau juga kok, pikirku dalam hati. Belakangan, aku baru menyadari, si kecil Ester ternyata tidak fasih mengucapkan huruf 'R' , sehingga, pernyataannya barusan harusnya adalah "Loh, ini kakaknya baru?" Hehehehe....Karena kesalahpahaman itu, aku hanya bisa tertawa geli dalam hati. Nah, kembali ke konteks pembelajarannya. Jadi, setelah Wahyu selesai mengerjakan PR, aku pun mengajaknya bermain peran sambil belajar, untuk mengajarkan salah satu materi dasar di pelajaran IPA, yaitu tentang 'Mahluk Hidup dan Cara Pertahanan dirinya'. Karena Ester masih memperhatikan kami, aku juga mengajaknya. Aku mempersiapkan alat dan bahan yang sudah kubawa dari kampus. Ada beberapa lembar kertas koran, gunting, double tape, dan beberapa lembar kertas origami berwarna, juga spidol. Pertama-tama, aku ajak Wahyu dan Ester untuk mengamati warna baju tentara yang biasa dipakai untuk berperang. Ku tanyakan pada mereka berdua, "Pernah lihat tentara ndak?" . "Pernah kak!", ujar mereka. "Kira-kira, tentara kalau berperang, dia pakai baju yang warnanya gimana?" . Dengan kompak mereka menjawab, "Hijau kak!", kemudian si kecil Ester berucap "Nah, yang kayak jaketnya kakak ini lho...! warnanya baju tentara, emangnya kakak nanti kalau sudah besar mau jadi tentara ya?"  Aku pun hanya tersenyum melihat tingkah lucu nan polos anak ini. Setelah itu, aku kembali mengarahkan perhatian mereka pada pengamatan sebelumnya mengenai baju tentara, kemudian aku ajak mereka kembali berdiskusi dengan bertanya, "Nah, kalau tentara itu lagi perang, kalian tau gak, tempat yang dipake tentara untuk bersembunyi?". "Tau kak!", ujar mereka...., "Dimana emangnya?" balasku. "Hutan dan semak-semak!". Wah, mendengar itu, aku sangat senang, karena jawaban mereka sangat sesuai dengan  arah pembelajaran dan apa yang aku harapkan. Setelah langkah mengamati selesai, aku pun masuk dalam langkah selanjutnya, yaitu kegiatan menanya. Disini aku menanyakan pertanyaan dasar yang menjadi tujuan pembelajaran materi ini. "Kira-kira kenapa ya, para tentara mesti bersembunyi di hutan atau semak-semak? Kenapa gak sembunyi di rumah atau gedung tinggi?" Ujarku. Wahyu dan si kecil Ester pun terdiam bingung. Setelah langkah mengamati dan menanya aku terapkan, selanjutnya kita masuk dalam langkah mencoba. Dimana Wahyu dan si Kecil Ester aku arahkan untuk membuat pola kupu-kupu kecil di halaman kertas origami, setelah selesai, mereka aku minta untuk menggunting pola kupu-kupu tersebut. Baru setelah pola kupu-kupu digunting, mereka menempelkannya pada selembar kertas koran yang sudah kusiapkan. 

    Karena Ester masih berkutat dengan pola kupu-kupunya, aku mengajak Wahyu yang sudah selesai, untuk langsung bermain peran, dimana  aku bertindak sebagai taman yang dipenuhi kupu-kupu (aku berdiri memegang koran yang sudah ditempeli kupu--kupu kecil tadi), kemudian Wahyu sebagai predator yang siap memangsa kupu-kupu. Aku dan Wahyu berdiri bersebrangan dengan jarak yang cukup jauh. Kemudian aku memintanya untuk mengamati berapa jumlah kupu-kupu yang tertempel di koran dalam hitungan beberapa detik. Setelah itu, koran akan langsung aku tutup. Jumlah kupu-kupu sebenarnya yang tertempel ada 8 , sedangkan Wahyu hanya berhasil mengamati 6 kupu-kupu. "Lah 2 nya dimana kak?"  ujarnya. kemudian aku jelaskan bahwa 2 kupu-kupu lain itu bersembunyi, karena warnya yang sama dengan warna tempat ia hinggap. Karena koran ini kita umpamakan sebagai taman tempat kupu-kupu hinggap. Jika kupu-kupu biru hinggap di bagian koran yang berwarna biru, apa yang terjadi? tentu kupu-kupunya jadi seragam/serupa dengan warna korannya. Hal ini yang membuat kupu-kupu seolah-olah tidak nampak. "Nah, berarti balik lagi ke diskusi kita di awal, soal tentara yang sembunyi di hutan atau semak-semak, alasannya karena?" . "Warna semak-semak atau daunnya hijau kak, jadi tentaranya ndak kelihatan!" ujar si Wahyu. Begitu senangnya hatiku ketika langkah-langkah pembelajaran yang aku jalankan bisa terlaksana dengan baik, apalagi ilmu yang diajarkan oleh Dosenku Bu Marmi Sudarmi, soal langkah pembelajaran scientific dengan 5 M bisa berjalan dengan sangat baik, ketika diterapkan di anak-anak rumah singgah. Dalam langkah mengomunikasikan, aku menjelaskan sedikit info soal istilah yang dipakai untuk teknik pertahanan mahluk hidup dengan membuat dirinya menyerupai tempat kediaman/lingkungannya yaitu teknik kamuflase (penyamaran). Ketika aku menanyakan ke Wahyu, apakah ia pernah mendengar istilah tersebut? Ia pun hanya geleng-geleng kepala. Yah begitulah sedikit cerita seru dari pengalamanku untuk pertama kalinya mengajar di rumah singgah dan bertemu serta berkenalan dengan anak-anak disini. Belakangan aku tahu dari Kak Syalom, bahwasannya anak-anak di rumah singgah ini beberapa ada yang dititipkan atau ditinggalkan oleh orang tua atau kerabat dekatnya,  dari kecil hingga ada yang sudah sekolah di tingkat SD , SMP, atau SMA. Beberapa anak juga ada yang sudah diambil kembali oleh keluarganya. Banyak faktor yang memutuskan beberapa keluarga menitipkan anak-anaknya ke rumah singgah ini, yang paling utama memang karena keterbatasan ekonomi. 

    Luar biasanya lagi, banyak donatur atau orang-orang baik yang memberikan kontribusi dana  untuk mendukung aktivitas dan keberlanjutan rumah singgah ini. Salut sekali, melihat betapa perjuangan anak-anak ini dalam belajar, mereka bahkan sangat senang, menyambut mentor-mentor atau guru baru yang datang untuk mengajarkan mereka tentang materi baru atau mungkin hanya sekadar membantu mereka untuk mengerjakan tugas sekolahnya. 

    Dari pengalaman itu, aku jadi menyadari dan merenung, betapa besar pengorbanan dan kasih sayang orang tua dan keluarga ku, betapa pun di tengah keterbatasan ekonomi kami, tapi mereka masih mengupayakan yang terbaik untuk ku. Satu hal penting yang aku ilhami adalah bagaimana kita mesti Belajar, Bersabar, dan Bersyukur, untuk setiap proses kehidupan ini. Sungguh Tuhan begitu baik dan dari pengalaman di rumah singgah kemarin, banyak hal  yang bisa aku maknai.

    Sepertinya menarik, bila aku bisa berbicara langsung empat mata secara khusus bersama dengan Ibu Tari dan suaminya, mengulik sejarah dan latar belakang berdirinya rumah singgah ini. Yah, cukup sekian sharing dan cerita kali ini yang bisa aku bagikan. Nantikan terus, tulisan-tulisan lain di blog ini yah temen-temen. Semoga bisa selalu menginspirasi dan memberikan manfaat untuk teman-teman semua. 

GBU....

Continue reading Rumah Singgah Salatiga : Belajar, Bersabar, dan Bersyukur!

Lab IPA yang Menyenangkan ; Bukan Menakutkan (Science Club SMP Anak Terang Bethany Salatiga)

    


    Pada hari Rabu, 18 Oktober 2023, 7 orang mahasiswa/i program studi pendidikan fisika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana kembali melakukan kegiatan pengabdian masyarakat, dalam bentuk pembelajaran science club dengan materi rangkaian listrik sederhana. Kegiatan diawali dengan memberikan pengenalan mengenai pengertian listrik. Karena sebagian besar peserta didik yang mengikuti kegiatan science club, masih berada di kelas 7, maka materi ini menjadi hal  dasar yang perlu dipahami oleh mereka. Kegiatan Scienc Club ini berlangsung di laboratorium IPA milik SMP Anak Terang Bethany Salatiga dan diikuti oleh kurang lebih 19 orang peserta didik. 

    


    Setelah para peserta didik mengemukakan pendapatnya tentang listrik (listrik untuk menyalakan lampu, listrik bisa bikin kesetrum) selanjutnya, mereka diminta untuk mengamati power supply (catu daya) yang sudah disiapkan di depan kelas. Karena memang peserta didik sebelumnya sudah pernah melakukan praktikum dengan alat tersebut. Kami mencoba merangkai catu daya dan menyalakan lampu, kemudian lampu dimatikan kembali.  Setelah itu, rangkaian sedikit kami ubah dengan menukar letak kabel merah yang awalnya berada di lubang input DC berwarna merah menjadi di lubang input DC berwarna hitam, selanjutnya mereka ditanya "Apa yang akan terjadi pada lampu? Apakah lampu akan tetap menyala apabila  kabel berwarna merah dan kabel berwarna hitam diinputkan ke dalam lubang dengan warna yang berbeda?" Sebagian besar dari mereka menjawab bahwasannya, lampu tidak akan menyala karena kabel yang tidak dimasukan sesuai dengan warnanya (hitam dan merah). Walaupun sebenarnya mereka sudah paham, arti pemberian warna dari kabel tersebut, adalah untuk membedakan sumber arus positif dan negatif. Satu hal yang saya tangkap adalah, bagaimana salah persepsi yang sudah timbul dalam pikiran siswa, karena mereka hanya berfokus pada warna kabel penghubung arus DC di power supply, yang mana hanya berfungsi untuk membedakan dan hakikatnya tidak berpengaruh pada nyala lampu. 

    


    Setelah pengenalan singkat tersebut, selanjutnya kami bertanya kembali kepada para peserta didik, apakah mereka sudah pernah mengenal atau mengetahui istilah 'PhET'. Tidak heran jika mereka sudah tidak asing dengan salah satu media laboratorium virtual ini, karena ternyata hampir seluruh peserta didik sudah pernah menggunakannya. Namun, penggunaan PhET untuk praktikum rangkaian listrik, ternyata belum dilakukan, sehingga kami kembali memberikan simulasi sederhana khusus untuk materi rangkaian listrik. Kami meminta salah satu peserta didik untuk maju ke depan, dan mencoba membuat satu rangkaian seri sederhana. Setelah berhasil,  kami kemudian menjelaskan komponen-komponen yang dipakai dalam rangkaian listrik sederhana tersebut. Yang mana sama dengan rangkaian listrik real yang ada di kelas. 

    


    Langkah selanjutnya, kami membagi kelas menjadi 5 kelompok, kemudian masing-masing kelompok diberikan alat dan bahan (lampu LED, baterai, saklar, kabel, double tape,  gunting,pisau cutter, dan kardus bekas) untuk membuat proyek sederhana penggunaan listrik di pemukiman, jalan raya atau di tempat-tempat lain. Masing-masing kelompok bekerja dengan sangat antusias, dilihat dari siswa siswi yang aktif bekerja dan berbagi tugas di dalam kelompoknya. Ada yang bertugas untuk memotong kardus, ada juga yang bertugas untuk menggambar pola jalan atau perumahan, serta ada yang bertugas untuk merangkai  komponen rangkaian listrik dan saklarnya. 

    Kegiatan pembelajaran berlangsung dengan cukup tertib, seluruh peserta didik mampu mengikuti jalannya kegiatan dengan baik. Walaupun memang ada sedikit kendala dalam pengerjaan proyek mereka seperti lampu LED yang belum bisa menyala dan kesulitan untuk mengeluarkan komponen dalam kabel, namun mereka mampu mengerjakan semuanya dengan cara yang menyenangkan.  

    Kegiatan pembelajaran dimulai dari pukul 13.40  hingga pukul 15.00. Memang seharusnya, sesuai dengan aturan dari sekolah, untuk agihan waktu berlangsungnya science club adalah dari pukul 13.40 hingga pukul 14.50. Pada kegiatan Science Club SMP Anak Terang Bethany Salatiga kali ini, 5 mahasiswa/i prodi pendidikan fisika angkatan 2023 ikut dilibatkan dalam membantu proses pembelajaran dan pendampingan peserta didik di kelas, hal ini tentu bertujuan untuk memberikan mereka pengalaman baru dalam mengajar juga untuk melatih serta mempersiapkan mereka sebagai calon guru fisika yang baik, sehingga mampu menangkap gambaran bagaimana langkah-langkah yang tepat dalam proses belajar di kelas.  

    2 orang lainnya merupakan mahasiswa/i prodi pendidikan fisika angkatan 2020 yang turut membantu proses belajar di kelas. Kegiatan Science Club kali ini juga didampingi langsung oleh Dekan Fakultas Sains dan Matematika, Bapak Dr. Wahyu Hari Kristiyanto, S.Pd., M.Pd. , karena memang ini merupakan kali pertama bagi 7 orang mahasiswa/i prodi pendidikan fisika FSM UKSW tersebut dalam mendampingi siswa-siswi di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Alasan utama lain karena memang kegiatan Science Club ini merupakan salah satu kerja sama dengan pihak eksternal kampus, maka dari itu, Dekan FSM ingin memastikan dan menjamin keberlangsungan proses belajar di kelas dapat terlaksana dengan baik. 

    Yang membuat kami terkesan adalah bagaimana sekolah mendesain sebuah laboratorium IPA menjadi seperti kelas yang menyenangkan dan bukan kelas yang menakutkan. Bahkan kami baru menyadari ketika sudah beranjak keluar,  bahwa tempat yang kami gunakan untuk melaksanakan Science Club, merupakan sebuah laboratorium IPA sekolah. Karena awalnya tempat tersebut terlihat seperti kelas-kelas pada umumnya. 

    Peserta didiknya juga sangat menghargai kami sebagai fasilitator Science Club ketika berbicara dan menerangkan materi. Mereka tidak malu atau takut untuk diajak berkomunikasi dengan kami yang notabenenya adalah orang-orang baru yang pertama kali mereka temui. Bahkan sempat berlangsung beberapa kali obrolan singkat antara saya dan beberapa anak laki-laki yang duduk di dekat saya. "Kakak asalnya dari mana?" Sudah berapa lama di Salatiga?" "Oh iya, Nenek saya asalnya juga dari Pangkalanbun loh kak!"

    Sempat juga saya saksikan sendiri, momen ketika salah satu peserta didik menegur rekannya yang sedang asyik bermain handphone, ketika materi sedang diterangkan. Sungguh luar biasa pikir saya. 

    Demikianlah sedikit cerita menarik yang saya alami kemarin, ketika pertama kali menjadi fasilitator dalam kegiatan Science Club di SMP Anak Terang Bethany Salatiga. Sampai jumpa di cerita-cerita selanjutnya....

Tuhan memberkati kita semua.

Continue reading Lab IPA yang Menyenangkan ; Bukan Menakutkan (Science Club SMP Anak Terang Bethany Salatiga)

Ibadah Senin, 16 Oktober 2023

     


    Syalom, teman-teman blogger yang terkasih. Kali ini izinkan aku berbagi cerita soal pengalamanku yang kesekian kalinya dalam pelayanan bersama dengan Campus Ministry (CM) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW). Aku selalu senang ketika bisa diberikan kesempatan untuk berpelayanan khusus menjadi singer dalam Ibadah Senin Kampus. 

    Bukan tanpa alasan memang, sejujurnya menyanyi sudah menjadi hobi ku dari kecil, sehingga ketika mendapatkan tugas pelayanan menjadi bagian dari tim singer, aku sungguh-sunguh antusias. Ibadah rutin seperti biasa berlangsung di Balairung Utama Universitas Kristen Satya Wacana (BU UKSW), dimulai dari pukul 09.00 hingga pukul 10.00 WIB. Sebelum ibadah dimulai, Kepala Campus Ministry, Bapak Dr. Ferry Nahusona, M.Si. memberikan sedikit arahan dan salam pembuka. Tim pelayan ibadah khusus diampu oleh Tim Campus Ministry UKSW. Adapun tim yang bertugas diantaranya ada singer dan pemusik, penerima tamu, time keeper, dan liturgos. 
    Pelayan firman adalah Bapak Pdt. Simon Julianto, M.Si. dari Fakultas Teologi. Tema ibadah yang diangkat ialah Paradigma Pelayanan Kristiani. Setelah ibadah selesai, seperti biasa pihak rektorat yang diwakili oleh Bapak Prof. Ferdy S. Rondonuwu, M.Sc., PhD. menyampaikan beberapa pengumuman diantaranya, mengenai kenaikan jabatan fungsional akademik  (JaFA) dosen dari berbagai fakultas, dilanjutkan dengan penyampaian beberapa prestasi yang berhasil diraih oleh siswa-siswi Sekolah Dasar Kristen Satya Wacana Salatiga. 

    Ada momen menarik yang terjadi ketika siswa-siswi sekolah dasar yang berprestasi dipanggil maju ke depan untuk bersalaman dengan Ibu Rektor, Prof. Intiyas Utami, S.E., M.Si., Ak. Ada salah satu siswa peraih juara Taekwondo yang diminta bu rektor untuk memperagakan sebagian dari gerakannya, dan bersamaan dengan itu, Bu Rektor meminta Dekan FID, Bapak Prof. Daniel Daud Kameo, S.E.,M,A., PhD. untuk maju dan bertanding dengan anak tersebut. 

     Demikianlah cerita menarik dari Ibadah Senin edisi 16 Oktober 2023. Sampai jumpa di ibadah Senin berikutnya. Tuhan memberkati....


    

Continue reading Ibadah Senin, 16 Oktober 2023